google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Laba Bersih SSIA Meningkat 126% Hingga September 2022 Langsung ke konten utama

Laba Bersih SSIA Meningkat 126% Hingga September 2022

Pada sembilan bulan pertama tahun 2022, SSIA membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp2.469,0 miliar. Pendapatan tersebut meningkat sekitar 77,3% dari Rp1.392,8 miliar yang dibukukan pada 9M21.

Dalam siaran pers (28/11) disebutkan bahwa Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pemulihan yang kuat dalam pendapatan konstruksi dan perhotelan yang masing-masing naik sebesar 72,7% (Rp743,0 miliar) dan 249,2% (Rp269,1 miliar). Pendapatan segmen bisnis properti SSIA meningkat sekitar 33,9% (Rp92,6 miliar).

Laba kotor 9M22 meningkat 124,0% YoY menjadi Rp553,1 miliar, dari Rp246,9 miliar pada 9M21, terutama dikontribusikan dari peningkatan laba kotor perhotelan sebesar 801,4% (Rp198,8 miliar).

EBITDA 9M22 meningkat sebesar 3.211,5% YoY menjadi Rp223,7 miliar dari -Rp7,2 miliar pada 9M21, karena peningkatan EBITDA konstruksi dan perhotelan masing-masing sebesar 143,1% (Rp74,1 miliar) dan 159,2% (Rp144,0 miliar).

Selanjutnya Laba bersih konsolidasi SSIA pada 9M22 tercatat sebesar Rp70,8 miliar, meningkat 126,3% dibandingkan rugi bersih sebesar Rp269,0 miliar pada 9M21. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh divestasi bisnis sewa gudang senilai total Rp562,3 miliar pada Juni 2022.

Adapun Posisi kas Perseroan per 9M22 tercatat sebesar Rp1.127,6 miliar, lebih tinggi sebesar 69,5% dari posisi kas 9M21 sebesar Rp665,1 miliar, peningkatan tersebut terutama berasal dari penjualan investasi pada bisnis sewa gudang (PT SLP SURYA TICON INTERNUSA & PT Surya Internusa Timur).

Utang kena bunga untuk periode 9M22 sebesar Rp2.592,9 miliar, sehingga rasio utang/ekuitas (gearing ratio) sebesar 62,7%.

Sementara itu untuk mendukung tujuan ekspansi, SSIA saat ini sedang membangun dan mengoptimalkan SOP dan proses bisnis secara efektif dan efisien untuk kualitas dan kontrol yang ketat. Perseroan memulai proyek Implementasi ERP pada awal November 2022.

Properti

- Menurut laporan Cushman & Wakefield 3Q22, sekitar 102,51 hektar penjualan lahan tercatat pada YTD 3Q 2022 di Jabodetabek. Sektor data center tercatat memberikan kontribusi tertinggi terhadap permintaan pada kuartal ini, sebesar 53,2% dan sektor tekstil berkontribusi sekitar 21,3% dari permintaan, sementara sektor lain seperti otomotif, bahan bangunan, medis dan kesehatan menyerap keseimbangan permintaan.

- Unit properti SSIA yang terdiri dari pendapatan kawasan industri, biaya pemeliharaan, sewa komersial & residensial membukukan pendapatan sebesar Rp366,2 miliar pada 9M22, naik 33,9% dari Rp273,6 miliar pada 9M21.


Konstruksi

- PT Nusa Raya Cipta Tbk ("NRCA"), unit konstruksi SSIA, untuk sembilan bulan pertama pada 2022 mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp1.769,3 miliar.

Pendapatannya dibandingkan periode yang sama pada 9M21 meningkat 72,7% dari Rp1.024,6 miliar. Perseroan juga membukukan laba bersih sebesar Rp66,5 miliar dari Januari - September 2022, meningkat sebesar 311,2% dari laba bersih 9M21 sebesar Rp16,2 miliar.

- NRCA, untuk Sembilan bulan pertama 2022 membukukan kontrak baru sebesar Rp1.995,1 miliar, meningkat 33,5% dibandingkan kontrak baru yang dicapai pada 9M21 sebesar Rp1.494,9 miliar. Proyek utama yang diperoleh pada 9M22 adalah Pakuwon Bekasi Mixed Use Bekasi, Fair Field By Marriot Hotel Jakarta, RS Jantung Heartology Jakarta, Matera Club House Gading Serpong, Tjiwi Kimia Surabaya, Luxury Hotel Labuhan Bajo, PT Smelter Gresik, Hotel Aston Serang, Gedung 2 RS Orthopedi & Traumatologi Surabaya, JHL Office S8 Gading Serpong, Office Building H2 Karawang, Apartement B Residence Grogol, dan Pabrik Ferron Cikarang.

Perhotelan

- Unit usaha perhotelan SSIA membukukan pendapatan sebesar Rp337,0 miliar pada 9M22, meningkat 249,2% dibandingkan Rp108,0 miliar pada 9M21. (end)
Sumber: iqplus-
Informasi lengkap pasar saham ada di Website Saham Online.  
Materi belajar trading dan investasi saham ada di Channel Youtube Saham Online. 

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...