Sektor jasa keuangan Indonesia yang tumbuh pesat dan memiliki potensi besar di masa depan tampaknya menjadi sasaran empuk bagi pelaku bisnis.
Tidak hanya konglomerasi lokal, investor raksasa finansial dunia pun tak mau ketinggalan, termasuk korporasi/perbankan Korea Selatan (Korsel). Hal ini terlihat dari cukup ramainya penetrasi bank/institusi keuangan asal Negeri K-Pop tersebut ke sejumlah perbankan dan jasa keuangan RI.
Masuknya lembaga keuangan global ke pasar finansial domestik juga diutarakan dalam riset Morgan Stanley yang menyebut bahwa tren merger dan akuisisi (M&A) akhir-akhir ini menunjukkan bahwa Indonesia membuka lebih banyak peluang kepada bank asing.
Dalam laporan bertajuk "M&A: Higher Foreign Participation to Enhance Capital Base and Efficiency," Morgan Stanley meyakini akselerasi akuisisi belakangan ini didorong oleh regulator yang lebih akomodatif dengan kebijakan relaksasi permodalan dan juga minat tinggi dari investor asing.
Salah satu yang paling gencar melakukan penetrasi di pasar keuangan Indonesia adalah investor yang berasal dari negeri Ginseng. Tercatat sejumlah perusahaan baru-baru ini mengakuisisi perbankan dalam negeri, sementara itu beberapa lainnya sudah lebih dulu masuk dan menjadi pemain di Indonesia.
Berikut adalah daftar institusi keuangan Korea Selatan yang melebarkan sayapnya hingga ke Nusantara.
1. Hanwha Life masuk ke Lippo Insurance
Perusahaan asuransi jiwa dari Korea, PT Hanwha Life Insurance Indonesia disebut akan mengambil alih asuransi milik Grup Lippo, PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI) alias Lippo Insurance.
Berdasarkan Conditional Sale and Purchase Agreement (Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat) tanggal 1 April lalu, diketahui Hanwha Life akan berencana untuk membeli 42,79% saham Inti Anugerah Pratama (IAP) di LPGI dan dan 4,9% saham Star Pacific (LPLI) di LPGI.
Hanwha Life merupakan perusahaan asuransi jiwa pertama di Korea Selatan yang didirikan tahun 1946. Hanwha Life sendiri hanya kalah dari anak usaha raksasa teknologi Korea Selatan, Samsung Life Insurance dan tercatat sebagai perusahaan asuransi jiwa terbesar nomor dua di negara tersebut.
2. Woori Card ambil alih Batavia Prosperindo Finance
Pada Maret 2022 lalu, PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII) dilaporkan akan menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) kepada perusahaan asal Korea, Woori Card Co., Ltd.
Dengan demikian, akan terjadi perubahan pemegang saham pengendali pada BPFI.
Pada pengumuman terbaru, BPFI mengumumkan akan melaksanakan RUPSLB tanggal 16 Agustus mendatang. Salah satu mata acaranya adalah terkait persetujuan atas rencana perubahan pemegang saham pengendali perseroan.
Dalam pengumuman tersebut, manajemen BPFI juga menyampaikan bahwa perubahan pengendali terjadi karena adanya rencana pengambilalihan atas sebanyak 2.193.552.006 saham atau setara dengan 82,03%.
Dalam keterangan sebelumnya awal Maret lalu, perusahaan menyebut nilai keseluruhan Saham Yang Dijual sekurang-kurangnya adalah Rp 1 triliun.
Woori Card Co., Ltd sendiri merupakan perusahaan yang berbasis di Korea Selatan dan didirikan pada tahun 2013. Perusahaan utamanya bergerak dalam bisnis kartu kredit dan pembiayaan angsuran.
Dari bisnis kartu kredit, perusahaan diketahui menyediakan jasa penerbitan kartu kredit, sementara dari bisnis angsuran perusahaan menyediakan jasa angsuran dan cicilan mobil serta penyewaan mobil.
3. KB Kookmin Bank akuisisi Bank Bukopin dan Valbury Sekuritas
KB Kookmin masuk ke Bank Bukopin sejak Juli 2018 lewat rights issue dan menggenggam 22% saham perseroan. Kemudian menjadi pengendali tunggal BBKP pada September 2020 dengan menguasai 67% saham pasca private placement.
Pada Desember 2020 RUPS menyetujui pergantian nama dan pada Februari tahun lalu resmi berganti nama menjadi Bank KB Bukopin (BBKP).
Awal tahun ini anak usaha perusahaan yakni KB Securities juga mengakuisisi PT Valbury Sekuritas Indonesia yang berganti nama menjadi PT KB Valbury Sekuritas.
Selain di Bukopin dan Valbury, laman KB Kookmin juga mencatat, perbankan ini juga masuk ke perusahaan pembiayaan (multifinance) PT Finansia Multi Finance pada Juli 2020 dan mengubah namanya menjadi PT KB Finansia Multi Finance.
Sebelumnya lagi, pada awal 2019, KB Kookmin, lewat KB Capital mencaplok PT Sunindo Parama Finance dan mengubahnya menjadi PT KB Capital Sunindo Kookmin Best Finance.
Di samping itu, KB Kookmin juga punya lengan usaha di sektor asuransi, di bawah nama PT KB Insurance Indonesia yang termasuk KB Insurance Group. Perusahaan ini didirikan pada 1997 dengan nama PT LG Simas Insurance Indonesia dan berganti nama menjadi KB Insurance Indonesia pada 2015.
4. The Korea Development Bank (KDB) akuisisi Tifa Finance
Pada September 2020, KDB berhasil mengambil alih mayoritas kepemilikan saham emiten pembiayaan Tifa Finance (TIFA) dan kemudian berganti nama menjadi KDB Tifa Finance.
KDB adalah bank BUMN Korsel yang didirikan sejak 1954 untuk membiayai dan mengelola proyek industri utama untuk meluaskan pengembangan industri dan ekonomi nasional Negeri Ginseng.
5. APRO Financial caplok Bank Dinar
APRO Financial adalah perusahaan pembiayaan dari Korea Selatan yang berfokus di sektor pinjaman konsumer. Perusahaan ini mengakuisisi ke Bank Dinar Indonesia (DNAR) pada 25 Oktober 2018 dengan membeli 77,38% saham perusahaan.
Kemudian, pada 8 Juli 2019 Bank Dinar melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Oke Indonesia (Bank Oke) yang juga dimiliki oleh APRO sebesar 99% (pada Mei 2017).
Pasca merger nama perusahaan berubah menjadi Bank Oke Indonesia (DNAR) dan APRO finansial saat ini menguasai 90,47% saham perusahaan dan bertindak sebagai pengendali.
6. Hana Financial Group
Pada tahun 2007, Hana Financial Group asal Korea Selatan mengakuisisi Bank Bima dan mengubah namanya menjadi PT Bank Hana. PT Bank Hana kemudian melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank KEB Indonesia pada tahun 2013 sehingga berubah menjadi PT Bank KEB Hana.
Hana Bank juga ikut meramaikan kontestasi perbankan digital Tanah Air lewat Line Bank, bekerja sama dengan penyedia layanan pengiriman pesan dan sosial media Line.
Hana Financial Group sendiri didirikan pada 1971 dan saat ini memiliki 1.009 kantor cabang domestik dan luar negeri dan berada di peringkat ke-81 dalam daftar bank global.
7. Woori Bank Korea
Woori Bank Korea, bersama anak usahanya PT Bank Woori Indonesia, masuk ke PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA) dengan mengakuisisi 33% saham bank pada Januari 2014.
Dengan masuknya Woori Bank, saham pengusaha Arifin Panigoro (pemilik Bank Himpunan Saudara) dan PT Medco Intidinamika dialihkan kepada Woori Bank Korea dan Bank Woori Indonesia.
Pasca merger akhir tahun 2014, nama perusahaan berubah menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA).
Woori Bank Korea sendiri, yang didirikan sejak 1899, memiliki 862 kantor cabang domestik dan beroperasi di 20 negara, termasuk Indonesia.
8. Industrial Bank of Korea (IBK)
Pada 28 Januari 2019, IBK mencaplok 71,68% saham PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA). Sebelumnya, pada 17 Januari 2019, IBK juga mengakuisisi 95,79% saham PT Bank Agris Tbk (AGRS) dan menjadi investor pengendali.
Kemudian, IBK melebur kedua bank tersebut serta secara resmi mengubah namanya menjadi PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) pada 22 Agustus 2019.
Industrial Bank of Korea merupakan sebuah bank komersial yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Korea Selatan. Didirikan pada tahun 1961, bank yang berpusat di Seoul tersebut utamanya menyalurkan pembiayaan bagi pengusaha kecil dan menengah.
9. Shinhan Financial Group
Shinhan Financial Group juga merupakan salah satu grup finansial terbesar di Korsel. Di Indonesia, Shinhan Group masuk melalui Shinhan Bank Co. Ltd, dan mulai melakukan proses M&A pada 2007. Pada Maret 2015, bank mengakuisisi PT Bank Metro Express (BME) secara bertahap, yakni 40% saham pada Agustus dan 50% pada November.
Pada tahun yang sama, tepatnya 6 Desember 2016, bank melakukan merger dengan bank asal Surabaya PT Centratama Nasional Bank (CNB) pasca diakuisisi sepenuhnya oleh Shinhan.
Selain memiliki Shinhan Bank Indonesia, konglomerasi tersebut juga punya lini bisnis sekuritas, yakni lewat PT Shinhan Sekuritas Indonesia pasca akuisisi perusahaan lokal.
Shinhan Financial Group bermula dari Shinhan Bank, yang diluncurkan pada Juli 1982. Bank ini adalah bank pertama di Korea yang didanai secara eksklusif dengan modal swasta. Kemudian, Shinhan Financial Group diresmikan pada tahun 2001 dan kini memiliki 17 anak perusahaan, yang bergerak di industri perbankan, kartu kredit, sekuritas, asuransi, dan manajemen aset.
10. Mirae Asset Financial Group
Mirae Asset Financial Group, yang didirikan oleh Hyeon Joo Park pada Juli 1997, memiliki lini bisnis di Indonesia dengan mengendalikan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Pada mulanya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia didirikan pada 2002 dengan nama PT Monas Buana Securities dan mulai beroperasi sebagai sekuritas e-Trading pada 2003 lalu berganti nama menjadi PT Daewoo Securities Indonesia pada 2013 setelah 80% saham perusahaan dikendalikan.
Selanjutnya, pada 2016 Mirae Asset mengakuisisi Daewoo Securities dan menjadi pemegang saham pengendali dan akhirnya berubah nama menjadi Mirae Asset Sekuritas.
Sebagai informasi, Mirae Asset Financial Group saat ini telah berekspansi di 15 negara dengan modal ekuitas sebesar US$ 14,5 miliar dan total dana kelolaan (asset under management/AUM) per akhir Desember 2020 sebesar US$ 554 miliar. Selain di Indonesia, Mirae Asset Financial juga masuk ke pasar Singapura, Hongkong, Jepang, India, Australia, AS, sampai Brasil.
11. Korea Investment Holdings
Korea Investment Holdings menjejakkan kaki di Indonesia lewat Korea Investment & Securities Co., Ltd (KIS) dengan mengakuisisi perusahaan broker PT DANPAC Sekuritas pada Juli 2018. Seturut dengan itu, DANPAC berganti nama menjadi PT Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI).
Kemudian, pada April 2019 KISI mendirikan anak usaha, sebuah perusahaan manajer investasi (MI), dengan nama PT KISI Asset Management.
Saat ini, Korea Investment Holdings beroperasi di 10 kota besar di sejumlah negara, termasuk Jakarta, Singapura, Hong Kong, Beijing, London, sampai New York.
12. Nonghyup (NH) Financial Group
Group keuangan Korsel lainnya yang menceburkan diri ke bisnis sekuritas Tanah Air adalah Nonghyup Financial Group. Di Indonesia, NH Group masuk ke broker NH Korindo Sekuritas Indonesia lewat anak usahanya NH Investment & Securities (NHIS).
Mulanya, NH Korindo Sekuritas Indonesia didirikan pada 1990 di bawah nama Clemont Securities Indonesia sebelum diakuisisi 100% oleh Korindo Group yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan di Indonesia yang merupakan anak usaha perusahaan asal Korsel Dongwha Enterprise.
Pada 2009, Woori Financial Group membeli 60% saham Clemont Securities dan mengubah namanya menjadi Woori Korindo Securities Indonesia. Lima tahun berselang, giliran NH Investment & Securities mengakuisisi 80% saham Woori Korindo Securities Indonesia dan akhirnya berganti nama kembali dengan menggunakan nama saat ini.
NH Investment & Securities didirikan pada 1969 dan saat ini memiliki 75 jaringan cabang domestik dengan 2 kantor perwakilan di luar Korsel.
Sumber: CNBCindonesia-
Informasi lengkap pasar saham ada di Website Saham Online.
Materi belajar trading dan investasi saham ada di Channel Youtube Saham Online.
Komentar
Posting Komentar