Nguyen Thi Phuong Thao telah membuat sejarah baru dalam bisnis maskapai yang didominasi para pria. Wanita asal Vietnam ini mampu mengembangkan perusahaannya, Vietjet Aviation, untuk bersaing di kancah internasional.
Thao mengembangkan Vietjet Aviation seorang diri. Dia mampu membuktikan bahwa wanita bisa bersiang dalam industri maskapai penerbangan.
Melansir Forbes, Rabu (2/10/2019), Thao kini menjadi orang yang sangat kaya. Kekayaannya ditaksir mencapai US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35 triliun (kurs Rp 14.000).
Kekayaannya itu membuat dirinya menyandang predikat wanita mandiri terkaya, bukan hanya di Vietnam tapi juga di Asia Tenggara. Tak heran, sebab perusahaannya itu kini menjadi maskapai terbesar di Vietnam yang diukur dari jumlah penumpang.
Thao mendirikan Vietjet sejak 2007. Perusahaannya berkembang lantaran keputusannya yang terbilang berani. Vietjet memberikan layanan pramugari yang memakai bikini untuk penerbangan tujuan liburan pantai.
Aksi itu membuat perusahaannya didenda oleh pemerintah. Namun setidaknya dia mendapatkan publisitas gratis di seluruh dunia untuk Vietjet dan yang paling penting berimbas pada penjualan tiket.
Dari hanya beberapa rute domestik ketika diluncurkan, Vietjet perlahan-lahan berkembang dengan memiliki 80 pesawat yang melayani 120 tujuan.
"Strategi kami adalah memperluas ke pasar regional mana pun dalam radius 2.500 kilometer. Sehingga kami dapat menciptakan basis yang mencakup setengah dari populasi dunia," kata Thao.
Pada 2017, Vietjet memulai debutnya di Bursa Saham Kota Ho Chi Minh dengan kapitalisasi pasar US$ 1,4 miliar. Tahun berikutnya, Vietjet mengangkut 23 juta penumpang, terhitung 46% dari pasar penumpang Vietnam.
Perusahaannya juga mampu bersaing dengan maskapai Malaysia, AirAsia. Pendapatan Vietjet naik 27% menjadi US$ 2,3 miliar pada 2018, sementara pendapatan AirAsia naik 9% menjadi 10,6 miliar ringgit ($ 2,5 miliar).
Tahun ini, Vietjet berharap untuk tumbuh lebih tinggi denga proyeksi akan membawa 30 juta penumpang, naik 30% dari tahun lalu.
"Kami memposisikan Vietjet sebagai maskapai regional dan internasional sejak awal," kata Thao
AirAsia dengan Vietjet sendiri memiliki sejarah yang saling terkait. AirAsia awalnya mencoba bermitra dengan Vietjet pada tahun 2010 untuk memasuki pasar udara domestik Vietnam, hanya untuk menarik sumbatnya pada tahun 2011.
Industri maskapai di Vietnam juga booming, didukung oleh kelas menengahnya yang berkembang pesat. Bandara-bandara negara itu menangani 106 juta penumpang pada 2018, naik 13% dari tahun sebelumnya. Jumlah itu termasuk 16 juta pengunjung asing, naik 20% dari tahun sebelumnya.
Mengantisipasi pertumbuhan lebih lanjut, Vietjet telah memesan 386 pesawat baru, termasuk 200 dari Boeing dan 186 dari Airbus.
Ekspansi agresif Vietjet pun terbayar. Saham perusahaan naik lebih dari dua kali lipat sejak IPO 2017.
Thao yang merupakan ibu dari tiga anak, dikenal oleh rekannya sebagai seorang yanh gila kerja, sering bekerja hingga larut malam.
sumber : detik.finance
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar