Matt dan Ross Duffer merupakan saudara kembar di belakang suksesnya serial fiksi ilmiah Stranger Things. Di balik suksesnya serial itu ada kisah jatuh bangun dan penolakan panjang yang dialami duo Duffers.
Duo ini sudah ingin menjadi pembuat film sejak mereka masih di sekolah dasar, tetapi mimpi itu tidak terwujud. Duffers bersaudara menerima penolakan saat mau masuk sekolah film. Bahkan, setelah mereka memiliki ide untuk Stranger Things, ide ini sempat ditolak lebih dari selusin kali sebelum akhirnya nge-hits di Netflix.
Duffer bersaudara, kini berusia 35 tahun. Jauh sebelum duo ini menerima nominasi Emmy untuk karya mereka, Matt dan Ross Duffer mengawali karirnya dengan membuat film buatan sendiri di halaman belakang rumahnya di North Carolina.
Mereka belajar membuat film hanya dengan bermodalkan kamera video Hi8 hadiah dari orang tua mereka. Tumbuh dewasa, mereka makin jatuh cinta pada film. Film Batman versi Tim Burton 1989 adalah salah satu film paling awal yang menjadi obsesi mereka.
"Yang bisa kita lihat adalah ada seseorang di balik tirai yang mengendalikan semua. Anda bisa melihatnya dari satu film Tim Burton ke film berikutnya dan menyadari bahwa orang yang membuat Edward Scissorhands juga membuat Batman," kata Ross kepada Guardian, dikutip dari CNBC, Selasa (15/10/2019).
Si kembar kemudian mengikuti sutradara terkenal lain yang karyanya mempengaruhi hits mereka, Stranger Things. Menurut mereka, film itu banyak terpengaruh dari karya Steven Spielberg seperti ET dan Close Encounters of the Third Kind, hingga film-film horor John Carpenter.
"Anda menemukan film yang Anda sukai dan Anda tahu siapa yang sutradaranya, lalu Anda pergi ke toko video dan memeriksa semua karya John Carpenter dan Sam Raimi. Kami jatuh cinta dengan film melalui sutradaranya, kami tahu itu yang ingin kami lakukan," kata Ross.
Matt dan Ross kemudian mengalami sandungan saat memilih sekolah film. Keduanya mengincar University of Southern California dan New York University yang memiliki program pendidikan paling prestisius dan bergengsi. Masalahnya, si kembar justru tidak terpilih masuk ke sana.
Mereka berakhir di sekolah film lain, tepatnya di Universitas Chapman di Orange. Kampus ini adalah salah satu dari dua kampus yang menerima Matt dan Ross. Keduanya juga diterima di Florida Statu University, namun menolaknya karena saat itu mereka diminta belajar sendiri-sendiri bukan bekerja sama berdua. Matt menyatakan bingung kalau harus mengerjakan semua sendiri-sendiri.
Setelah lulus pada 2007, si kembar mengambil waktu beberapa tahun untuk beristirahat di Hollywood. Mereka membuat sekitar setengah lusin film pendek di awal usia 20-an, tetapi terus merasakan penolakan ketika mengajukan ide-ide yang lebih besar kepada produser dan studio.
Di tahun 2011, Matt dan Ross mendapatkan sorotan ketika Warner Bros setuju untuk membiarkan mereka menulis dan mengarahkan film horor dengan anggaran kecil. Mereka membuat Hidden, namun film ini tidak dirilis hingga 2015, dan hanya menuju video-on-demand di AS.
Pengalaman itu membantu mereka mendapatkan pekerjaan menggarap serial TV Fox Wayward Pines pada 2015, setelah sutradara M. Night Shyamalan membaca naskah untuk Hidden dan menawari mereka pekerjaan. Dari sana, si kembar mulai mengajukan gagasan untuk Stranger Things ke studio-studio di seluruh Hollywood.
Acara ini awalnya ditolak oleh 15 hingga 20 rumah produksi. Sisanya hanya menunjukkan minat tetapi tidak mau membiarkan si kembar yang hampir tidak dikenal mengarahkan proyek.
Salah satu keluhan terbesar dari calon studio tentang ide Matt dan Ross untuk Stranger Things adalah fakta bahwa itu adalah pertunjukan fiksi ilmiah dan horor yang berfokus pada sekelompok anak-anak sebagai karakter utama. Beberapa eksekutif studio mengatakan bahwa mereka harus mengubah pertunjukan agar lebih ramah anak, atau mengalihkan fokus ke salah satu karakter dewasa, seperti Sheriff Hopper.
Si kembar hampir menyerah, sebelum akhirnya Netflix setuju untuk mengambil ide cerita Stranger Things. Matt dan Ross langsung menandatangani kontrak untuk menulis, mengarahkan, dan memproduksi.
Si kembar sempat memperkenalkan diri dan idenya ke petinggi Netflix Shawn Levy, yang menjalankan perusahaan produksi 21 Laps Entertainment. Levy bercerita dia menemui si kembar di tahun 2016, mendengarkan ide pertunjukannya dan menegaskan bahwa ide itu menarik.
"Dalam 10 menit saya tahu bahwa mereka adalah orang-orang besar di masa depan. Mereka memiliki keyakinan diri yang jelas. Jadi, kami mengirimkannya ke Netflix, dan dalam 24 jam, kami membeli semua ide mereka," tegas Levy.
sumber : detik.finance
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar