Brand Local.id, tentu sudah tak asing lagi bagi pecinta fashion tanah air. Setiap produk terbaru yang dikeluarkan oleh Local.id selalu ludes dalam hitungan menit.
Local.id tidak hanya menjual hijab, tetapi juga menjual busana, sepatu, tas dan juga fashion items lainnya. Ialah Nadya Rosmalina pendiri brand Local.id, yang menceritakan awal mula terjun ke dunia bisnis sejak masih di bangku kuliah.
"Karena dari kecil keluargaku itu sudah berdagang. Jadi pas aku kuliah mulai coba-coba jualan di Instagram. Dan hasilnya bukan hanya untuk kebutuhan aku saja. Tetapi keinginan juga terpenuhi. Dan akhirnya aku memilih untuk menjadi pengusaha. Dan nggak kepikiran buat mencari kerja lagi," kata Nadya saat webinar bersama Wardah, Special World Hijab Day, yang bertajuk How to Star The Hijab Business, Selasa (2/1/2021).
Mulai bisnis dari apa yang kita suka, itu adalah kunci yang ditanamkan oleh Nadya Rosmalina. Menurutnya dengan melakukan hal itu akan membuat semangat dalam membangun bisnis.
"Kalau aku bagaimana caranya kita melakukannya dengan happy. Apa yang kita suka itu maka kita akan semakin happy menjalaninya,"ujarnya.
Sebelum memulai bisnis Local.id, Nadya sempat berjualan perlengkapan dekorasi pesta bersama dengan suaminya, Dimas Mairyan. Keduanya berjualan melalui Instagram. Dari berjualan perlengkapan pesta itulah dia mendapatkan modal untuk membangun online shop fashion miliknya sekarang.
"Aku jualan balon dan kue. Suami aku jualan giftnya. Kita kumpulin uang sekitar Rp 30 juta. Kita beli bahan, lalu kita bagi dua ada yang buat produksi dan promosi," rincinya.
Awal mula Local.id, Nadya menuturkan jika ia mulai merintis usahanya dari bawah. Ia berusaha mengikuti alur promosi yang sedang happening lewat Instagram Shoutout For Shoutout (SFS), yaitu saling mempromosikan sesama online shop di Instagram.
"Awal berdiri tahun 2014, waktu itu zamannya SFS dan endorse. Jadi aku jalanin aja pakai cara itu, biar orang banyak melihat kenal dan tahu produk kita. Dulu selebgram masih gratis. Sekarang yang masih berjalan endorse selebgram dan ads dari Instagram," jelas ibu dua anak ini.
Suka dan duka membangun bisnis
Pemilik brand yang mempuyai tagline Women's Trully Sweetheart ini pun merasakan jatuh bangun saat memulai bisnis. Mulai dari rugi besar hingga masalah produksi pernah dialaminya.
"Aku selama ini menjalaninya happy-happy aja ya. Mungkin pernah bermasalah rugi besar dalam masalah produksi. Tapi karena memang dari awal, itu bukan masalah besar itu hanyalah bumbu-bubu dalam bisnis. Aku nggak menyebutkannya sebagai duka," tambahnya.
Wanita yang sudah mempunyai pengikut lebih dari 34 ribu di Instagram itu mengatakan selama ini di masyarakat sudah terbentuk paradigma bahwa ketika membangun usaha itu banyak susah dan bisa bangkrut. Namun dia tidak mau teracuni paradigma tersebut.
"Aku nggak jadiin itu sebagai paradigma untuk mindset aku. Pokoknnya kita jalani saja. Kita nggak mesti sama dengan yang bangkrut. Kita ikhtiarkan dan bawa happy aja. Takutnya paradigma itu yang membuat generasi milenial nggak ingin memulai usaha,"tegas Nadya.
Nadya pun mengenang saat dia mulai usaha. Dia sendiri yang membungkus seluruh paket. Saat pesanan mulai banyak, dia memberdayakan tetangganya untuk menjadi karyawan. Hingga karyawannya di Local.id terus bertambah.
Selajutnya, di tengah gempuran bisnis hijab dan fashion muslim yang kian menjamur. Nadya dan didukung oleh suaminya, lantas tak ragu dan terus meneruskan langkahnya untuk membangun Local.id. Nadya pun mengungkapkan perbedaan produk yang ia keluarkan dengan merek lainnya.
"Cara pembedanya itu banyak sadari produk, branding dan komunikasi ke audience. Menurut aku pembeda itu hanya di luar. Pembeda yang kita fokusin itu perlu, aku fokusin ke kualitas produk. Karena dengan itu kita bisa tetap bertahan. Karena orang akan nagih lagi untuk beli. Kita nggak usah sibuk akuisisi Followers baru, tetapi kita aktivasi dengan Followers lama bagaimana mereka akan setia membeli karena kualitas kita," tutur Nadya sambil tersenyum.
Desain produk online shopnya yang kekinian, Nadya megatakan jika ia bekerja sama dengan timnya selalu melihat tren pasar yang sedang berkembang saat ini. Tren tersebut kemudian dikembangkan kembali oleh timnya.
Nadya mengaku selalu melakukan riset apa yang sedang tren dan dibutuhkan oleh wanita muslimah. Dan juga melakukan pengembangan produk, kegunaan dan modifikasi produk secara mendalam. Dia selalu memposisikan dirinya sebagai pelanggan. "Jangan cuma aku suka produknya. Karena fungsinya kurang. Aku nggak bakal produksi produk seperti itu," ujarnya.
aris manis di tengah pandemi
Seluruh sektor usaha mengalami penurunan selama masa pandemi. Itu juga yang dirasakan oleh Nadya. Saat awal pandemi, ia sampai menahan produksi. Akan tetapi ia tetap optimis dan kerja kerasnya pun berbuah manis.
"Kita maju dan analisa data dari yang masuk ke website kok tetap banyak yang membeli. Akhirnya kita melanjutkan produksi. Kita malah mengalami peningkatan selama pandemi. Percaya ngak percaya sih, yang tadinya kita takut akan menurun," pungkas pemilik online shop yang produknya sering sold out dalam lima menit itu.
sumber : wolipop
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar