google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Didukung Sektor Properti dan Otomotif, Asahimas (ASFG) Optimistis Kinerja 2022 Moncer Langsung ke konten utama

Didukung Sektor Properti dan Otomotif, Asahimas (ASFG) Optimistis Kinerja 2022 Moncer


Produsen kaca lembaran dan kaca otomotif, PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) optimistis kinerja di tahun 2022. Hal ini seiring perbaikan ekonomi Indonesia yang menggerakan sejumlah sektor yang dapat mengerek permintaan terhadap produk kaca lembaran dan otomotif.

Christoforus, Corporate Secretary Asahimas Flat Glass menyampaikan, permintaan produk kaca lembaran dan kaca otomotif masih akan meningkat seiring dengan pertumbuhan positif di pasar properti maupun otomotif, khususnya di dalam negeri. AMFG pun menargetkan pertumbuhan penjualan di tahun 2022 bakal lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

AMFG sendiri belum merilis laporan keuangan tahun 2021. Walau begitu, perusahaan ini membidik total penjualan sekitar Rp 4,5 triliun di tahun buku 2021.

“Prospek untuk tahun 2022 kami harapkan bisa lebih baik, dengan catatan pertumbuhan sektor properti dan otomotif meningkat dan pandemi menurun,” ujar dia, Senin (7/2).

Mengutip materi paparan publik bulan November 2021, AMFG memproduksi kaca lembaran eksterior dan interior. Beberapa proyek gedung baru di tahun 2020-2021 yang menggunakan produk kaca lembaran AMFG contohnya adalah Ciputra World 3, Surabaya, Menara BRI, Jakarta, 57 Promenade Apartment, Jakarta, Wisma Barito Office, Jakarta, Jakarta International College, Jakarta, Sarinah Office, Jakarta, dan lain-lain.

Sementara itu, AMFG turut memproduksi beberapa jenis kaca otomotif seperti laminated glass, tempered glass, dan assembling.

Beberapa pelanggan yang menggunakan produk kaca otomotif AMFG di antaranya adalah Toyota, Honda, Mitsubishi Motors, Daihatsu, Hyundai, Hino, Suzuki, Isuzu, UD Trucks, Nissan, Mercedes-Benz Daimler, hingga General Motors. AMFG juga memproduksi kaca otomotif untuk pabrikan alat berat seperti Yanmar, Hitachi, dan Iseki.

Christoforus melanjutkan, prospek penjualan AMFG di pasar ekspor juga masih menjanjikan, asalkan tidak ada peningkatan kasus Covid-19 yang berlebihan sehingga menyebabkan lockdown di negara-negara tujuan ekspor. AMFG melakukan pemasaran ekspor lewat agen penjualannya yaitu AGC Asia Pacific Pte., Ltd yang berlokasi di Singapura.

“Dengan jaringan global yang dimiliki, kami berharap penjualan produk kaca perusahaan akan meningkat,” imbuhnya.

Asal tahu saja, per kuartal III-2021, AMFG meraih penjualan sebesar Rp 3,48 triliun. Dari situ, 37% di antaranya merupakan kontribusi dari penjualan ekspor.

Christoforus bilang, ekspor kaca otomotif hanya memiliki porsi 10% dari total penjualan ekspor AMFG, sehingga tampak porsi ekspor dari produk kaca lembaran lebih dominan.

Adapun mayoritas penjualan ekspor AMFG ditujukan ke negara-negara Asia-Pasifik seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Jepang, China, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru. AMFG juga menjual produknya ke Amerika Serikat, Belgia, Italia, dan Brasil.

Manajemen AMFG mengaku, gangguan ketersediaan vessel cukup mempengaruhi kegiatan operasional dan logistik perusahaan tersebut. Dampaknya, terjadi kenaikan biaya ekspor dan perubahan jadwal pengiriman produk ke pelanggan AMFG.

AMFG pun telah melakukan upaya perbaikan dengan menjadwalkan kembali ekspornya usai ada keterlambatan vessel. “Kami juga melakukan kerja sama dengan forwarder dalam mengatasi keterbatasan ini,” tukas Christoforus.

Lebih lanjut, Christoforus bilang bahwa di tahun 2022, AMFG kemungkinan akan menyediakan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 10juta-15 juta. Capex tersebut lebih ditujukan untuk modal kerja dan pemeliharaan rutin perusahaan saja.

AMFG belum memiliki rencana investasi besar dalam waktu dekat. Pasalnya, AMFG baru selesai melakukan relokasi dan ekspansi pabrik kaca lembaran di Cikampek, Jawa Barat pada tahun 2019 lalu.

Dengan adanya penambahan kapasitas pabrik di Cikampek, maka kapasitas produksi kaca lembaran AMFG sekarang mencapai 720.000 ton per tahun dari sebelumnya hanya 570.000 per tahun.


sumber : kontan

Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...