Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Kochi untuk mendiskusikan potensi kerja sama di bidang energi hijau, perikanan, lingkungan dan industri petrokimia.
Dalam pertemuan di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Selasa, Luhut juga menawarkan investasi pembangunan pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan Utara yang hingga kini mampu menghasilkan listrik sebanyak 11 ribu megawatt (MW).
"Desember tahun lalu, Presiden Jokowi telah meresmikan groundbreaking green industrial park seluas 30 hektare," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Mantan Menko Polhukam itu menuturkan bahwa Indonesia dalam tujuh tahun terakhir banyak yang berubah. Pembangunan pun hampir merata baik di bagian barat maupun timur.
Selain itu, Luhut juga menjelaskan tentang pembangunan industri hilir sebagai arah investasi di Indonesia saat ini.
"Saat ini industri hilir untuk nikel lebih berfokus untuk pengembangan stainless steel yang merupakan komponen pembuatan baterai lithium," katanya.
Luhut pun meyakinkan bahwa Indonesia memiliki stok bijih nikel yang sangat besar dengan total kapasitas produksi hulu hingga 12 juta ton/tahun.
"Industri hilir telah mengubah struktur ekonomi Indonesia sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komoditas mentah," imbuhnya.
Terakhir, Luhut mengusulkan agar kedua negara membuat skema diskusi teknis yang bertemu secara regular agar dapat membahas secara intensif mengenai poin-poin kerja sama kedua negara.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koichi mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang membuat keputusan soal kapal pengangkut batu bara.
"Saya berterima kasih sudah dijelaskan secara detil tentang rencana pemerintah Indonesia soal release (pelepasan) batu bara," katanya.
Usai menyampaikan apresiasinya, Menteri Koichi menyambut baik usulan Luhut agar ada dialog yang bersifat regular bagi kedua negara.
"Ada beberapa skema diskusi antara pemerintah dan swasta. Nanti kami juga akan diskusikan lebih lanjut lagi. Apapun (skemanya) kami terbuka," tukasnya.
Kemudian, Menteri Koichi menjelaskan mengenai perkembangan investasi perusahaan Jepang untuk industri amonia di Teluk Bintuni, Papua Barat.
"Saat ini proyek tersebut sudah sampai pada tahap FS (feasibility study/studi kelayakan)," urainya. (end/ant)
Komentar
Posting Komentar