Dari usia muda, Timothy (20) terinspirasi investor saham sukses seperti Warren Buffett dan Cathie Wood.
Namun setelah gagal melakukan trading cryptocurrency (mata uang kripto) di usia 16 tahun, ia bertekad untuk mempelajari seluk beluk pasar modal.
Untuk mengumpulkan modal supaya bisa berinvestasi saham, Timothy memutuskan berdagang. Ia menjual pomade, jam tangan, hingga sedotan di marketplace saat hari kerja.
Ia juga menjalankan part-time wedding organizer di saat akhir pekan. Ia melakoninya saat menduduki bangku SMA.
Setelah itu, sembari kuliah, Timothy mendirikan advertising agency yang melayani beberapa klien UMKM sampai startup kecil.
Uang yang didapatkan dari menjalankan beberapa usaha tersebut diinvestasikan seluruhnya di saham.
Berbekal pengalaman melipatgandakan uangnya di pasar modal, Timothy mulai secara aktif sharing di social media mengenai investasi saham.
"Investasi terbaik bukanlah berinvestasi di saham, melainkan investasi di ilmu," katanya.
Buku seharga 400 ribu yang ia beli di tahun 2017 berjudul “The Intelligent Investor by Benjamin Graham” mengubah pandangan Timothy terhadap dunia investasi.
Bahkan, menghasilkan timbal balik berjumlah milyaran, dan hal tersebut melebihi saham manapun yang terdaftar di bursa efek indonesia.
Timothy pun tidak pernah berhenti belajar, ia terus mencari mentor, salah satunya adalah investor terbaik di Indonesia yang berhasil mendirikan perusahaan yang dijuluki berkshire hathaway-nya Asean (Saratoga Investama Sedaya).
Tokoh tersebut adalah Sandiaga Uno yang kini menjabat menjadi Menparekraf pada 23 Desember 2020.
Melihat minimnya literasi finansial di Indonesia yang sangat tertinggal dibanding negara- negara lain, Timothy bertekad untuk memperbaiki literasi finansial Indonesia dan mempunyai misi hidup yaitu untuk mencetak 10 juta investor baru.
Ia percaya bahwa dengan banyaknya investor baru, ekonomi negara juga akan bertumbuh dengan lebih cepat.
sumber : tribunnews
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar