google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Kantongi Laba Rp 28 Triliun pada 2021, Ini Agenda Bisnis Bank Mandiri pada 2022 Langsung ke konten utama

Kantongi Laba Rp 28 Triliun pada 2021, Ini Agenda Bisnis Bank Mandiri pada 2022


PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) optimistis kinerja 2022 bisa lebih baik dibandingkan 2022. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan dengan rasio kecukupan modal di level 19,6% maka bisa tumbuh secara organik dan anorganik. 

Bank Mandiri membidik bisa menyalurkan kredit di atas 8% sepanjang 2022. Fokusnya kepada sektor-sektor yang sudah dibiayai dan sektor yang mulai pulih. Ia melihat peluang di infrastruktur, energi, telekomunikasi, dan energi baru terbarukan. Begitupun dengan di sektor konsumer seperti properti dan rumah. 

Lanjutnya, tak hanya kepada nasabah yang sudah ada, Bank Mandiri juga optimalkan jaringan wilayah guna mengoptimalkan potensi di masing-masing wilayah. Termasuk membidik potensi pada transaksi e-commerce lewat berbagai inisiatif digitalisasi.

“Rencana Bank Mandiri secara anorganik, belum bisa bicara sekarang, karena yang sudah miliki saat ini masih memberikan pertumbuhan kepada Bank Mandiri,” ujar Darmawan pada Kamis (27/1). 

Selain itu, Bank Mandiri juga terus memantau dan mengelola likuiditas yang ada. Bila ada kebutuhan pendanaan di 2022, maka masih terdapat ruang untuk menerbitkan Euro Medium Term Notes (EMTN) senilai US$ 550 juta.

Seiring dengan itu, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menyatakan penyaluran kredit akan dilakukan secara hati-hati dengan menyasar sektor yang sudah pulih dan potensial di masing-masing wilayah. 

“Kebutuhan untuk pencadangan semakin berkurang karena ekonomi makin pulih dan kemampuan tim di lapangan menghadapi restrukturisasi kredit makin membaik,” paparnya. 

Bank Mandiri berhasil mencetak  laba bersih sebesar Rp 28,03 triliun, tumbuh 66,8% secara year on year (YoY) di sepanjang 2021. Tercatat, hingga akhir 2021, laju kredit perseroan secara konsolidasi mampu tumbuh positif sebesar 8,86% secara YoY menjadi Rp 1.050,16 triliun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit Industri sebesar 5,2% YoY. 

Bila dirinci berdasarkan segmennya, kredit korporasi masih menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan dengan realisasi mencapai Rp 370 triliun atau tumbuh sebesar 8% YoY secara konsolidasi. Sementara itu, kredit komersial mencatat pertumbuhan tertinggi di tahun 2021 sebesar 9,7% secara YoY menjadi sebesar Rp 174 triliun.

Pertumbuhan ini juga diimbangi dengan kualitas aset yang mengalami perbaikan secara bank only. Per akhir 2021, rasio NPL Bank Mandiri berhasil menurun sebesar 48 bps secara YoY ke level 2,81%. Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau coverage ratio sebesar 2.662 bps secara tahunan menjadi 261,5%.

Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 juga terus menunjukan tren yang melandai seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan akhir Desember 2021 total restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 (bank only) di Bank Mandiri yaitu sebesar Rp 69,7 triliun, posisi ini menurun dibandingkan kondisi akhir tahun 2020 yang mencapai Rp 93,3 triliun.

"Sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit, kami terus menjaga pembentukan pencadangan. Per akhir Desember 2021, Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN sebesar Rp 13,9 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai," imbuh Darmawan.

Fungsi intermediasi tersebut juga diimbangi pertumbuhan DPK yang kuat, yakni sebesar 12,8% YoY secara konsolidasi menjadi Rp 1.291,18 triliun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK Industri sebesar 12,2% YoY. 

Darmawan menambahkan, pertumbuhan DPK ini utamanya ditopang oleh peningkatan dana murah (CASA) secara konsolidasi sebesar 19,8% YoY yang turut berkontribusi menjaga Cost of Fund (CoF) di angka 1,71% secara konsolidasi, sehingga rasio CASA Bank Mandiri (konsolidasi) meningkat sebesar 407 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 69,7%.

 Peningkatan rasio CASA ini, disumbang oleh pertumbuhan dana tabungan yang secara konsolidasi meningkat 12,8% YoY dari Rp 431 triliun di akhir 2020 menjadi Rp 487 triliun serta pertumbuhan giro yang secara konsolidasi meningkat 29,2% YoY dari Rp 320 triliun di akhir 2020 menjadi Rp 413 triliun pada tahun lalu.

Pertumbuhan CASA dan penyaluran kredit yang berkelanjutan juga ikut menopang pertumbuhan aset Bank Mandiri secara konsolidasi di tahun 2021 menjadi Rp 1.726 triliun, tumbuh 11,9% lebih tinggi dibanding periode tahun sebelumnya.


sumber : kontan

Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...