PT Ciputra Development Tbk (CTRA) sudah turut merasakan pemulihan ekonomi. Kinerja keuangan perusahaan properti ini berhasil tumbuh signifikan tersokong insentif pajak properti.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan kuartal III-2021, CTRA berhasil torehkan pertumbuhan pendapatan 56,80% secara year on year (yoy) menjadi Rp 6,64 triliun. Sedangkan, laba bersih meroket 336,95% yoy menjadi Rp 1,01 triliun.
Andhika Suryadharma Analis RHB Sekuritas menuliskan dalam risetnya, bahwa kinerja CTRA di kuartal III-2021 sesuai dengan apa yang ia proyeksikan.
Andhika melihat kinerja CTRA positif karena didukung kenaikan margin dan rata-rata harga jual dari produk perumahan Citraland Surabaya. Selain itu, laba bisa tumbuh signifikan karena CTRA juga berhasil melakukan efisiensi dengan menghemat pengeluaran pemasaran dan komisi.
Hingga kuartal III-2021, Ajeng Kartika Hapsari Analis NH Korindo Sekuritas dalam risetnya menulis, CTRA berhasil bukukan pra penjualan Rp 5 triliun yang naik 33% yoy.
Angka tersebut sudah mencapai 85% target pra penjualan CTRA di tahun ini yang sebesar Rp 5,8 triliun. Capaian pra penjualan tinggi karena didukung oleh kenaikan penjualan perumahan di Surabaya, Medan dan Tangerang.
Sementara, menajemen mengatakan faktor yang mendorong kenaikan pra penjualan adalah sebagian masyarakat memiliki tabungan yang lebih besar karena pengeluaran masyarakat untuk rekreasi, wisata dan belanja berkurang.
Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe menambahkan daya beli masyarakat akan produk properti meningkat juga didukung oleh kenaikan harga komoditas. "Saat harga komoditas naik sebagian masyarakat juga jadi memiliki dana lebih," kata Kiswoyo, Kamis (30/12).
Minat masyarakat untuk mebeli properti juga didukung oleh stimulus Pajak Pertambahan Nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) properti yang pemerintah berlakukan sejak 1 Maret 2021 hingga akhir tahun ini. Hal ini tercermin naiknya pembayaran KPR terhadap properti CTRA.
Namun, Ajeng memproyeksikan akan menjadi tantangan bagi CTRA jika insentif pajak tersebut berakhir. Sementara, manajemen mengatakan tetap optimistis bahwa pertumbuhan pra penjualan di 2022 akan tetap berlanjut meski insentif berakhir.
Pada segmen pusat perbelanjaan, Andhika mengamati bahwa CTRA mampu mempertahankan tingkat hunian sebesar 90% dengan memberikan diskon sewa hingga 50%. Seiring pembukaan kembali ekonomi di kuartal IV-2021, Andhika mengatakan CTRA berencana untuk menurunkan diskon menjadi 30%.
Selain itu, Andhika melihat CTRA akan memiliki sumber pendapatan baru dari bisnis rumah sakit. Tercatat hingga kuartal III-2021, kinerja rumah sakit milik CTRA tumbuh 94% yoy, meski hanya mewakili 8% pada total pendapatan. Namun, Andhika berharap pendapatan dari segmen rumah sakit ke depannya akan berkembang.
Andhika memproyeksikan pendapatan CTRA di 2022 berpotensi naik ke Rp 8,54 triliun. Sedangkan, Kiswoyo memproyeksikan di tahun depan pendapatan CTRA berpotensi tumbuh 10%-20%. Namun, di satu sisi Kiswoyo mengatakan CTRA berpotensi menghadapi tantangan peningkatan suku bunga di tahun depan yang membuat biaya pinjaman properti bisa naik.
Kamis (30/12), harga saham CTRA turun 0,51% ke Rp 970. Kiswoyo merekomendasikan buy on weakness. "Menarik di beli kalau harga saham CTRA terkoreksi di bawah Rp 800 dan pasang target harga di Rp 1.100," kata Kiswoyo.
Sementara, Andhika merekomendasikan beli untuk CTRA dan memasang target harga Rp 1.500 per saham. Sementara, Fransiska Sintia Analis Verdhana Sekuritas juga merekomendasikan beli CTRA dengan target harga 1.300.
sumber : kontan
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar