Kinerja PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) terbilang mentereng hingga kuartal III-2021. Emiten yang bergerak di sektor properti ini pun optimistis bisa meraih laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan target awal tahun.
Direktur & Corporate Secretary Suryamas Dutamakmur Ferry Suhardjo mengungkapkan, pada awal 2021, SMDM menargetkan total penjualan sebesar Rp 564 miliar dengan laba bersih sekitar Rp 40 miliar - Rp 50 miliar di sepanjang tahun ini. Namun dengan capaian yang memuaskan hingga kuartal III-2021, SMDM merevisi laba bersih untuk tahun ini menjadi sekitar Rp 100 miliar sampai dengan Rp 110 miliar.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, SMDM membidik pertumbuhan penjualan sekitar 45%-50%. Sedangkan untuk laba bersih ditarget tumbuh hingga 500% dibandingkan 2020. "Ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah perseroan selama 10 tahun terakhir. Sedangkan untuk total penjualan masih kami targetkan sama, di Rp 564 miliar," ujar Ferry saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (12/11).
Merujuk laporan keuangan yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia, hingga September 2021 SMDM membukukan penjualan sebesar Rp 424,81 miliar atau tumbuh 49,9% dibandingkan kuartal III-2020 yang sebesar Rp 283,39 miliar. Sedangkan kenaikan beban pokok penjualan mampu ditahan di level 38,11% menjadi Rp 191,83 miliar.
Jika dirinci, kenaikan penjualan terjadi di semua segmen bisnis SMDM. Tapi yang paling signifikan terjadi pada segmen penjualan tanah dan rumah tinggal dengan raihan Rp 338,63 miliar atau naik 68,64% dibandingkan kuartal III-2020.
Selain itu, kinerja penjualan SMDM juga ditopang dari pendapatan operasi golf, country club, hotel dan estat manajemen sebesar Rp 71,76 miliar, pendapatan keanggotaan golf sebanyak Rp 12,06 miliar, serta pendapatan tiket dan sewa ruang sebesar Rp 2,34 miliar.
Dari sisi bottom line, SMDM meraih laba bersih senilai Rp 90,03 miliar hingga periode September 2021. Meroket hingga 1.415,65% dibandingkan total laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SMDM pada kuartal III-2020 yang hanya Rp 5,94 miliar.
Menurut Ferry, moncernya kinerja keuangan SMDM pada periode sembilan bulan 2021 ini tak lepas dari banyaknya penjualan tanah kavling di proyek Rancamaya Golf Estate sehingga nilai Harga Pokok Penjualan (HPP) juga cenderung menurun. Di sisi lain, SMDM juga banyak melakukan efisiensi biaya operasional.
Salah salah efisiensi yang digencarkan SMDM antara lain dengan fokus pada pengeluaran biaya marketing yang lebih banyak melakukan marketing online, efisiensi untuk karyawan dan tenaga outsourcing, serta pelunasan utang bank sehingga mengurangi beban bunga pinjaman bank.
"Dengan adanya pandemi covid-19, ada sisi baiknya juga bagi perseroan, dimana perseroan dapat menata ulang bisnis dan operasional. Juga dapat berhati-hati dan fokus dalam mengeluarkan produk baru yang sesuai dengan keinginan pasar," jelas Ferry.
Dari sisi produk dan layanan, kinerja pendapatan SMDM ditopang dari beberapa segmen. Seperti penjualan kavling di klaster Richmond peak di Rancamaya Golf Estate, unit apartemen Royal Height Tower 1 di Royal Tajur Bogor, serta meningkatnya permainan golf.
"Lebih banyak player golf yang bermain sehingga meningkatkan golf round, serta R-Hotel Rancamaya yang tetap banyak event seperti meeting bisnis dengan paket menginap karena mayoritas ruangan di R-Hotel adalah outdoor dan banyak kawasan hijau," sebut Ferry.
SMDM pun masih akan agresif di sisa tahun 2021. Buktinya, SMDM akan meluncurkan produk baru di proyek Harvest City, yakni New Sakura Indica pada bulan November ini. Di proyek Royal Tajur, SMDM akan membuka apartemen Royal Height Tower ke-2. Sedangkan untuk Rancamaya Golf Estate, SMDM membuka penjualan Kingsville Cluster Amadeus phase 2c dan Ruko Kingshop dengan 23 unit yang ditujukan kepada end user.
"Sedangkan untuk R-Hotel kami akan tetap menyelenggarakan paket natal dan tahun baru dengan acara menarik tetapi tetap menjaga protokol kesehatan," terang Ferry.
Kendati mengejar target penjualan dan laba bersih yang tinggi serta rencana bisnis yang cukup agresif, tapi pada tahun ini SMDM sangat selektif dalam mengalokasikan belanja modal (capex). Seiring dengan faktor pandemi covid-19, Ferry menyebut bahwa SMDM membuat kebijakan yang konvensional.
"Perseroan lebih fokus kepada produk-produk yang ada untuk diserap pasar, serta mempertahankan kontribusi recurring income sebagai sumber cash flow, serta melakukan evaluasi internal dengan perbaikan serta efisiensi operasional," imbuh Ferry.
sumber : investasi.kontan
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar