Sejak pandemi Covid-19, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) harus menghadapi kelangkaan dan kenaikan harga material yang signifikan. Harga material yang naik diantaranya, steel, aluminium, plastik dan karet.
"Kami juga menghadapi kelangkaan di semi conductor," ujar Presiden Direktur AUTO, Hamdhani Dzulkarnaen dalam rilis paparan publik. Dia menambahkan, AUTO juga tengah mencari sumber yang tidak biasa dengan berburu di pasar global sehingga kebutuhan terpenuhi.
AUTO juga mengaku mencari cara agar selalu lebih hemat. "Walaupun cukup sulit karena membutuhkan extra cost," ujar Hamdhani.
Pada segmen komponen alias original equipment manufacturer (OEM), Hamdhani bilang, AUTO akan mengenakan kenaikan harga ke pelanggan karena kenaikan harga material. "Dengan aturan yang memiliki lag time selama tiga sampai enam bulan," kata dia.
AUTO mengaku selain mengalami masalah kenaikan harga bahan baku selama pandemi. AUTO juga menghadapi permasalahan dalam hal distribusi atau logistik. "Dalam hal ini terjadi karena efek tidak langsung dari pandemi sehingga menjadi tantangan bagi kami dalam melakukan ekspor dan impor," terang Hamdhani. Sebab pada masa tersebut terjadi kelangkaan kapal, jadwal kapal, truk, dan sebagainya.
Pada tahun 2020, AUTO juga menghadapi penurunan permintaan. Hamdhani menjelaskan, pada kuartal I tahun 2020 menghadapi kondisi normal langka yang tidak menyimpang jauh dari prediksi. Kondisi mulai menjadi extraordinary pada April dan Mei.
Pada Mei 2020 menjadi titik paling rendah karena saat itu bulan Lebaran dan hari kerja pendek serta isu pandemi sedang kuat sehingga kuartal II menjadi saat terendah untuk AUTO. "Hampir semua OEM stop, libur di sepanjang bulan. Kalaupun setelah itu recovery, itupun tidak langsung 100% tapi perlahan," ujar Hamdhani.
Di tahun ini, situasi cukup kondusif walaupun sempat menghadapi tantangan kembali pada kuartal III saat ada second wave Covid-19. Namun situasi tidak lebih buruk dari kuartal II 2020. "Kita harus appreciate pemerintah dalam melakukan pendekatan/PPKM/PSBB karena langkah itu jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga baik dari sisi ekonomi maupun dari aspek Covid," kata Hamdhani.
Tantangan terbesar lainnya adalah tren teknologi. Seandainya tidak ada pandemi, tren ini juga sudah muncul baik elektrifikasi maupun isu baru terkait environment dimana masyarakat lebih aware terhadap climate change sehingga menjadi isu global. "Dalam hal ini, mitigasi yang kami lakukan adalah melakukan research, pengembangan, kolaborasi dengan partner yang memiliki teknologi yang kita butuhkan," tutur Hamdhani.
Hamdhani mengaku telah intensif melakukan diversifikasi dan inovasi. "Seperti yang pernah dijelaskan di masa lalu bahwa kami terikat dengan non disclosure agreement (NDA) dengan partner atau calon partner sehingga mohon maaf kami tidak bisa mengekpos lebih jauh terkait isu isu tersebut seperti apa," papar Hamdhani.
Hamdhani mengaku, AUTO akan melakukan diversifikasi dan inovasi untuk mempersiapkan tren ke depan, baik dalam elektifikasi atau dengan masuk segmen baru.
Hingga akhir tahun 2021, AUTO akan meninjau ulang ekspansi atau penambahan outlet. "Kami melihat peluang di roda dua dan Astra Otoservice sehingga kami cukup agresif terhadap Shop&Bike dan Astraotoservice," ujar Hamdhani.
Untuk Shop&Bike, AUTO mengaku akan menambah dari 11 menjadi 20 outlet per akhir tahun ini. Sedangkan Astraotoservice yang dari 1 outlet pada awal tahun hingga menjadi 3 outlet. Per September 2021, AUTO telah memiliki 372 gerai Shop&Drive.
Di tahun 2022, AUTO akan menambah jumlah semua outlet baik Shop&Drive, Shop&Bike, dan Astra Otoservice. Namun, jumlah itu bukan menjadi angka pegangan AUTO. "Kami melihat potensi karena diiringi dengan bertambahya outlet fisik," kata Direktur AUTO, Yusak Kristian.
AUTO juga akan mengembangkan penjualan secara digital yaitu Astraotoshop. Jadi walaupun jumlah outlet tidak bertambah, tapi kehadiran dan jangkauan AUTO akan makin luas karena bisa diakses siapa aja dimana saja dari gadget dan laptop masing-masing. "Itu yang kami pertimbangkan tidak hanya perkembangan physical outlet tapi juga jangkauan," ujar Yusak.
Meski begitu, kinerja AUTO hingga September 2021 membukukan pendapatan Rp 11 triliun dengan laba bersih Rp 446 miliar. Capaian ini meroket tajam setelah sebelumnya mengalami kerugian hingga Rp 242,92 miliar per September tahun lalu. Pertumbuhan tersebut karena pendapatan AUTO naik 27,92% dari Rp 8,63 triliun pada kuartal III-2020.
Direktur AUTO Wanny Wijaya menyebut, kenaikan manufaktur dan trading karena adanya insentif pemerintah yang dilanjutkan sampai Desember 2021. "Tentu kami mengharapkan penjualan terus naik karena kami selalu mengikuti asumsi Gaikindo sekitar 750.000-800.000 di tahun ini untuk kendaraan roda empat, demikian juga dengan kendaraan roda dua," kata dia. Sampai akhir tahun, AUTO juga optimis, revenue dan laba bersih akan lebih baik dan positif namun belum bisa kembali ke angka tahun 2019.
Pada kuartal IV tahun ini, tren positif dalam arti roda 2 dan roda 4 sangat positif. Salah satunya karena insentif PPnBM yang sudah disebutkan sebelumnya. "Kami berusaha menggenjot kuartal IV semaksimal mungkin," terang Hamdhani.
Katalis positifnya adalah tren pasar positif dan euphoria masyarakat yang ingin melakukan perjalanan kemana-mana sehingga membuat permintaan AUTO bisa meningkat. "Kami berusaha memanfaatkan momen-momen ini," harap Hamdhani.
Sebagai contoh, di gerai Astra Otoservice, pengunjung sangat luar biasa apalagi dengan kegiatan baru yaitu Uji Emisi yang menjadi keharusan bagi mobil di atas tiga tahun. Kewajiban ini menjadi katalis positif bagi AUTO.
Pada tahun depan, AUTO mengaku siklus yang dihadapi akan sama yakni setiap awal tahun permintaan OEM cenderung rendah. Kemudian meningkat menjelang Lebaran dan beberapa bulan setelahnya turun dan pada akhir tahun biasanya OEM mengejar target.
Di tahun 2022, AUTO menghadapi isu bahwa dimana seandainya PPnBM tidak diperpanjang lagi oleh pemerintah, kenaikan PPN, dan tax terhadap karbon. "Namun, kami yakin kami berada di dalam tren positif recovery setelah pandemi," jelas Hamdhani.
Apalagi menurut Hamdhani, semua pemain bisnis merasa yakin tren 2022 ke depan akan positif dimana setelahpandemi semua orang menghadapi euphoria untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak bisa dilakukan. "Oleh karena itu, kami yakin tren akan positif dan growth dari tahun ini," kata dia.
Yusak berharap, recovery benar terjadi dan tidak ada pandemi lanjutan sehingga AUTO cukup optimis pada tahun ini. Harga saham AUTO ditutup stagnan pada hari Jumat (12/11) di level Rp 1.250 per saham. Namun dalam sepekan harga saham AUTO telah naik 11,61%.
sumber : investasikontan
Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online
Komentar
Posting Komentar