Siapa menyangka desa yang sebelumnya kumuh dan langganan banjir, namun kini mampu bangkit menjadi desa dengan pendapatan terbanyak di Kabupaten Gresik. Pendapatan Asli Desa (PADes) ini per tahunnya mampu menghasilkan sebesar Rp 2,04 miliar.
Adalah Desa Sekapuk termasuk wilayah Kecamatan Ujungpangkah, yang berada di sebelah utara Kabupaten Gresik itu, kini menjadi desa yang layak menjadi percontohan. Mereka mengubah area pasca tambang menjadi wahana destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi.
Pemegang saham terbesar dari wisata ini bukanlah pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten. Melainkan warga setempat yang merelakan uangnya untuk diinvestasikan untuk kemajuan desa. Warga yang investasi, setiap tahun akan mendapatkan haknya. Pembagiannya, hasil wisata 60 persen dibagikan ke pemilik saham, sedangkan 40 persen masuk pemerintah desa.
Kemajuan desa itu tidak terlepas dari sosok Kepala Desa Sekapuk Abdul Halim. Melalui tangan dinginnya, tempat yang semula menjadi pembuangan sampah itu disulap menjadi destinasi wisata. Sampai hari ini, ia mampu mempekerjakan sebanyak ratusan warga untuk mengelola wisata itu. Rata-rata warga yang bekerja sebelumnya memang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Abdul Halim lah membuat para pengangguran itu kini mendapatkan kesibukan baru. Suatu cita-cita yang didambakan, yaitu membuka lowongan pekerjaan dan membantu masyarakat kecil. Ditambah dari pengelolaan wisata itu, setiap RT memiliki kesibukan membuat jajanan dan makanan untuk dijual di tempat wisata.
“Ingin membuka lapangan kerja, karena sebelumnya banyak anak muda yang menganggur tidak memiliki pekerjaan tetap. Apalagi rata-rata dari mereka tidak memiliki keahlian khusus, jadi bekerja di sektor wisata ada tambahan ilmu,” jelasnya
Bagaimana cerita Abdul Halim bisa menyulap pasca tambang menjadi destinasi wisata. Hal itu ia terangkan, jika semula dirinya memang tidak menyadari jika desanya mengandung potensi yang sangat besar. Lebih-lebih Sekapuk terkenal dengan area banjir dan gunung pembuangan sampah.
Saat itulah ia berpikir, jika batu kapur yang setiap hari dikeruk akan mengundang marabaya, jika tidak dimanfaatkan potensinya. Ditambah batu kapur yang sudah ditambang tidak akan bisa diperbarui. Ketika tambang sudah habis, potensi apa hendak digali? Dari semua pertanyaan itu, Abdul Halim kemudian menjawab dengan merubah area pasca tambang menjadi destinasi wisata buatan.
Perwajahan area tambang itu, diubah pelan-pelan. Mulai dari pembuatan waduk, air mancur hingga jembatan yang menjulang di atas air. Pembangunannya pesat. Tidak membutuhkan satu tahun destinasi wisata itu menjadi tempat baru yang memukau pengunjung. Memasuki wisata seperti melihat dimensi lain. Semua bangunan memiliki sejarah sendiri.
Bangunan itu, seperti Patung Gupala, Duarapala, Candi Topeng Nusantara, Patung Semar, miniatur masjid Persia dan Madinah, Rumah Apung hingga patung Begawan juga sudah berdiri megah menghiasi wisata Selo Tirto Giri (SETIGI). Terbaru ada wahana kolam renang Banyu Gentong yang menyajikan tiga warna air. Selain itu Setigi juga menyediakan pemandian khusus perempuan dewasa. Syaratnya tetap menutupi aurat dan berhijab.
“Wisata ini saya bangun sejak tahun kedua saya menjadi kepala desa, dengan tema peradaban. Pembangunannya memakan waktu hampir 10 bulan. Kemudian resmi kita buka tahun 2019,” jelasnya.
Dia melanjutkan, pembangunan awal wisata Setigi tidak terlepas pro dan kontra. Menurut Halim ada saja kelompok masyarakat yang tidak sepakat idenya dengan cara melampiaskan merusak fasilitas wisata. Beruntung, yang tidak sepakat hanya sebagian kecil masyarakat. Mayoritasnya mendukung dengan menginvestasi dana sebagai awal pembangunan.
“Jadi pembangunan wisata ini murni dari uang warga. Saya tidak menggunakan anggaran dari pemerintah pusat. Anggaran Dana Desa (DD) maupun yang lainnya saya peruntukkan ke pembangunan sektor lain,” terangnya.
Meski pembangunan pesat dan banyak dikunjungi, ada dimana fase wisata ini berhenti total karena Pandemi Covid-19. Saat itu semua pekerja harus dirumahkan. Pengunjung tidak boleh masuk. Titik baliknya, pemerintah pusat memperbolehkan seluruh wisata membuka asalkan dengan protokol kesehatan.
Kini sektor wisata mulai dikembalikan posisinya, sebagai sumber keuangan. Begitu juga wisata Setigi di Desa Sekapuk ini, melalui protokol kesehatan ketat, sektor ini lambat laun sepertinya bangkit pulih. Rata-rata pengunjung wisata ini mencapai 28 ribu orang per bulan.
“Kalau kemarin terasa betul dampaknya. Namun selama PPKM berlangsung, kami malah melakukan pembenahan dan pembangunan. Seperti, menghadirkan 50 pohon dan penataan tanaman. Alhamdulillah sekarang mulai pulih lagi. Tidak hanya wisata, ekonomi warga juga berangsur kembali, karena selain mengelola wisata warga juga kebagian membuat makanan ringan hingga berat untuk dijual di stand wisata," bebernya.
Kades nyentrik dengan gaya rambut panjang dan jengot panjang itu, menyampaikan pembangunan Wisata Setigi sudah mencapai 60 persen. Kedepan wahana destinasi wisata akan ditambah lagi. Seperti pembangunan agrowisata, dengan menyajikan wahana sungai buatan, perkampungan nusantara dan monumen patung ratu agro.
Selain itu, Halim yang sebelum menjabat Kades adalah mantan nahkoda kapal, berencana menghadirkan kapal buatan yang disulap menjadi hotel terapung. Ruangan ABK dan kapten kapal akan dijadikan ruang penginapan bagi pengunjung yang hendak bermalam. Kapal hotel terapung itu ia beri nama Bukan Kapal Nuh (BKN). Pemberian nama tersebut bukan tanpa sebab. Nabi Nuh dan kisah lengenda kapal terbesar merupakan penyelamat umat manusia dari bencana besar yang dialami manusia.
"Kami juga akan membangun bumi perkemahan. Progres pembangunan sudah mencapai 40 persen. Lahan juga sudah kita sediakan tidak jauh dari destinasi wisata Setigi," paparnya.
“Sebenarnya kalau untuk saat ini, soal kemauan. Apa yang terlintas di kepala bisa diwujudkan. Saya tidak bergelar insinyur, maupun pengalaman membangun. Saya hanya mengembangkan ide. Karena itu untuk desa-desa lain, coba dilihat betul potensinya. Sekapuk dulu tidak menyadari jika bisa berubah seperti ini,” tutur Halim yang pernah bekerja sebagai anak buah kapal.
Fasilitas Mobil Mewah
Jika di desa pada umumnya, kendaraan dinas kepala desa adalah motor dengan plat warna merah. Namun di desa ini, kendaraan dinas sang kepala desa adalah mobil alphard. Kemudian kendaraan BUMNDes mobil Xpander dan PKK berkendaraan dinas mobil nissan matic. Semua kendaraan mewah itu difungsikan untuk kemudahan transportasi dan menunjang kinerja desa.
Semua mobil dinas adalah bentuk apresiasi saya kepada semua perangkat desa yang gigih semangat membangun desa,” sebutnya.
Fasilitas mewah tentu sangat sepadan jika melihat progres pendapatan dari usaha Bumdes yang terkumpulkan. Tahun lalu saja, laba bersih yang dihasilkan ada sebesar Rp 7 miliar. Dana tersebut bisa menyumbang PAD desa sebesar Rp 2,047 miliar. Sedangkan pada tahun depan, pihaknya menargetkan laba bumdes mencapai Rp 9,9 miliar dan bisa menyumbang PAD sebesar Rp 3 miliar.
Salah seorang warga Purwadi mengaku tertolong dengan sektor wisata yang dibangun oleh desanya. Wisata ini menurutnya, mampu memberdayakan masyarakat hingga meningkatkan ekonomi kerakyatan. Lebih-lebih setiap RT diberikan leluasa untuk mengelola stand makanan yang akan dijual di tempat wisata.
“Sangat membantu sekali. Jika sebelumnya, satu keluarga istri hanya sebagai ibu rumah tangga dan merawat anak, kini ada tambahan pendapatan. Bisa membantu pekerjaan suami dalam mengurusi domestik rumah tangga,” kata Purwadi. Ia berharap sektor wisata di desanya terus dikembangkan lagi. Apalagi wisata ini sebagian besar saham dimiliki oleh warga. Tentu kepemilikan bersama akan meningkatkan masyarakat dalam pembangunan sadar wisata.
sumber : okezon
Lebih lengkapnya silahkan klik :Saham Online
Komentar
Posting Komentar