Menyambut musim tanam tahun 2021, PT Pupuk Indonesia (Persero) mulai menyiapkan stok pupuk subsidi di gudang-gudang secara lebih awal. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan iklim yang bisa berdampak pada pendistribusian pupuk bersubsidi.
SVP Perencanaan & Manajemen PSO PT Pupuk Indonesia (Persero), Eric Juliana Rachman menyebutkan bahwa saat ini stok pupuk bersubsidi mencapai sebesar 2,17 juta ton. Sementara stock di gudang lini 3 mencapai 294% dari stok minimum yg ditetapkan pemerintah."Kami segera melakukan pengiriman ke gudang-gudang, karena kondisi cuaca juga dapat menghambat transportasi laut maupun darat," ujar Eric dalam webinar "Musim Tanam" yang digelar oleh Sinar Tani, Rabu (3/11/2021).
Untuk mengoptimalkan penyaluran pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia juga turut membangun sistem teknologi informasi. Diantaranya melalui sistem penebusan online oleh distributor, serta melakukan pemantauan stok secara online melalui Distribution Planning & Control System (DPCS). Kelebihannya, sistem ini dapat melakukan pemantauan hingga lini 4 (kios).
Selain itu, Pupuk Indonesia saat ini sedang mengembangkan Retail Management System (RMS). Saat ini aplikasi tsb diperuntukkan bagi penebusan pupuk komersil, aplikasi ini dapat mengcapture data pembeli dan beroperasi secara online maupun offline. Kedepan dimungkinkan RMS ini digunakan sebagai alat penebusan pupuk bersubsidi."Sistem ini sudah kami sampaikan ke pemerintah, namun saat ini masih pada tahap uji coba atau pilot project dan digunakan sebagai aplikasi penebusan pupuk non-subsidi," jelas Eric.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) HM Yadi Sofyan Noor menyatakan bahwa untuk menghadapi perubahan iklim dan fenomena La Nina, pihaknya akan melakukan rembukan bersama petani untuk menentukan awal musim tanam dan mendorong melakukan tanam serentak.
Selain itu, Yadi juga berharap pemerintah dapat menyediakan benih yang bisa beradaptasi terhadap perubahan iklim tersebut. Ia juga berharap ketersediaan pupuk bersubsidi secara tepat waktu dan sasaran, karena ini merupakan hal yang paling penting."Walaupun kami memahami bahwa pupuk tidaklah langka, namun memang kurang," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Takdir Mulyadi menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai antisipasi dampak La Nina. Diantaranya melakukan pemetaan wilayah rawan banjir, memantau laporan cuaca BMKG, penyediaan alsintan pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT), hingga menyiapkan bantuan pompa air untuk antisipasi banjir di lahan pertanian.
"Terkait itu semua kita juga menyiapkan beberapa teknologi dan varietas unggul yang tahan terhadap genangan dan kekeringan," ujar Takdir.(end)
Sumber : IQPLUS
Komentar
Posting Komentar