Banyak orang yang ingin hidup sejahtera di masa mendatang. Kalau kamu merupakan salah satunya, tentu investasi bisa menjadi jawabannya. Tapi, bagaimana, ya, cara memulai investasi? Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan? Yuk, simak 10 tips yang bisa membantu kamu si investor pemula dalam memulai berinvestasi!
1.Mulailah sedini mungkin
Faktor waktu memegang peranan penting dalam berinvestasi. Semakin muda usia kamu saat mulai berinvestasi, semakin ringan persiapan kebutuhan dan pencapaian tujuan kamu di masa depan. Mau mulai merencanakan investasi? Coba fitur Simulasi Investasi di halaman https://www.most.co.id/ . Sesuaikan lama waktu investasi, profil risiko yang kamu miliki, modal awal, dan komitmen investasi per bulan yang kamu rencanakan. Dengan fitur ini, semoga rencana investasi jadi lebih terarah.
2.Tentukan tujuan investasi secara spesifik
Setiap investasi sebaiknya ditentukan tujuannya. Beberapa tujuan investasi yang umum antara lain mempersiapkan dana pendidikan, rencana pensiun, membeli rumah/apartemen, membeli kendaraan, renovasi properti, wisata, percepatan pelunasan KPR/KPA, atau mempersiapkan dana pensiun. Jika kamu memiliki jasa perencana atau penasihat keuangan, kamu bisa konsultasikan rencana-rencana ini untuk mendiskusikan waktu dan instrumen investasinya. Jika tidak memiliki penasihat keuangan juga tidak masalah, kok, pilih saja satu impian atau tujuan yang menurutmu penting dan membuatmu semangat dalam memulai berinvestasi.
3.Tentukan jangka waktu dan target dana yang diperlukan
Menentukan jangka waktu berinvestasi akan mempengaruhi nominal investasi dan jenis instrumen yang dipilih untuk mencapai dana yang dibutuhkan. Semakin pendek jangka waktu berinvestasi, maka nominal yang harus dialokasikan juga biasanya relatif lebih besar, pilihan instrumen juga akan jatuh pada yang lebih aman/stabil atau volatilitas rendah. Contoh: Sobat Mandy, berusia 25 tahun, menentukan tujuan investasi untuk pergi umrah, sejumlah 30 juta Rupiah. Jika Mandy ingin mencapai tujuan ini dalam 5 tahun, misalnya melalui Reksa Dana Pasar Uang, Mandy bisa mulai dengan modal kurang dari Rp500,000 untuk disisihkan setiap bulannya. Namun jika ingin umrah lebih cepat, misalnya 3 tahun, maka Mandy harus rela mengalokasikan lebih dari Rp500,000 menggunakan instrumen yang sama. Sekali lagi, waktu merupakan faktor penting, ya! Tentukan jangka waktu dan target dana spesifik kamu sebelum mulai berinvestasi.
4.Alokasikan dana untuk investasi secara konsisten
Idealnya, kamu bisa mengalokasikan 10% hingga 30% dari pendapatan bulanan untuk investasi. Pastikan uang yang dipakai untuk berinvestasi tidak mengganggu kebutuhan sehari-hari, cicilan hutang, ataupun dana darurat. Ingat selalu bahwa investasi tidak hanya menawarkan keuntungan, namun juga memiliki risiko. Jangan sampai saat risikonya terjadi, kelangsungan hidup jadi terganggu.
Untuk para investor pemula, awali dulu dengan persen alokasi dana yang membuatmu nyaman, kemudian jaga konsistensinya. Jadikan kegiatan investasi sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Sejalan dengan bertambahnya pendapatan, pengetahuan, dan kepercayaan diri dalam berinvestasi, kamu bisa menambah alokasi investasi secara berkesinambungan.
5.Mulai berinvestasi dengan cara investasi tidak langsung bagi investor pemula
Pasar modal memang identik dengan produk saham. Namun, tahukah kamu bahwa ada dua pilihan produk pasar modal lainnya yaitu Obligasi dan Reksa Dana?
Untuk investor pemula yang masih belum percaya diri bertransaksi saham, solusi memulai investasi pasar modal bisa secara tidak langsung, yaitu dengan membeli produk Reksa Dana. Melalui Manajer Investasi, investor punya beragam pilihan mulai dari Reksa Dana Pasar Uang, Pendapatan Tetap, Campuran, hingga yang lebih berisiko yakni Reksa Dana Saham.
Setelah sudah lebih paham dan yakin dengan Reksa Dana, kamu bisa beranjak ke investasi langsung, surat berharga (Obligasi Ritel dan Saham). Lebih jauh lagi, bahkan bisa memulai bisnis riil sendiri dan mulai bergabung dengan mitra bisnis yang cocok dengan kamu.
6.Pelajari secara seksama berbagai alternatif investasi beserta aspeknya
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada satu instrumen, kamu perlu mencermati aspek investasi seperti tingkat risiko dan imbal hasil. Contoh, jika profil risiko dalam berinvestasi kamu cukup rendah, maka pastikan volatilitas emiten atau instrumen yang akan kamu pilih masuk dalam kategori konservatif. Jika berencana mencapai tujuan investasi dengan proyeksi imbal hasil 7%, maka pelajari apakah instrumen ini kiranya mampu memenuhi ekspektasimu.
Jangan lupa dengan proyeksi para ahli tentang perkembangan ekonomi dan bisnis ke depan yang dipadupadankan dengan tujuan investasi kamu. Banyak ya yang harus dipelajari? Santai! Ingat ya, investasi itu harus menyenangkan. Untuk pemula, kuncinya mau memulai dengan segera, mulai saja dulu di instrumen konservatif atau dengan nominal yang kecil.
7.Pilih investasi aset finansial yang diawasi oleh OJK.
Dengan semakin maraknya minat publik dalam berinvestasi, banyak juga bermunculan lembaga keuangan di Indonesia. Bagaimana cara memilih partner yang tepat dalam berinvestasi? Untuk industri pasar modal, semua lembaga keuangan wajib terdaftar dan diawasi oleh pemerintah, dalam hal ini OJK. Pastikan kamu menjatuhkan pilihan pada perusahaan yang memiliki izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta terdaftar dan diawasi oleh OJK. Kamu bisa selalu dapatkan daftar perusahaan efek legal terkini di laman resmi OJK, di sini. Selain aspek legalitas, pahami juga rekam jejak, pimpinan, dan pengalamannya dalam menjalani bisnis pasar modal di Indonesia. Pilih yang terpercaya ya!
8.Jangan letakkan semua telur dalam satu keranjang.
Untuk investor pemula, memilih satu instrumen saja rasanya butuh banyak pemahaman ya, apalagi mempelajari banyak instrumen untuk diversifikasi? Tenang. Semua tidak harus dilakukan bersamaan kok. Semua bisa dilakukan bertahap, satu per satu.
Misalnya, Sobat Mandy yang memiliki risk profile konservatif, memilih memulai investasi dengan Reksa Dana Pasar Uang. Setelah 3 bulan rutin melakukan investasi setiap tanggal gajian, Mandy mulai memahami cara kerja dan pergerakan investasinya. Kemudian Mandy mulai percaya diri, melangkah lagi ke diversifikasi instrumen pertamanya, yaitu Obligasi Negara (SBN). Mandy memilih SBN karena pokok dan imbal hasil dijamin oleh pemerintah, sehingga tergolong aman, ini masih sesuai dengan profil risiko rendah yang Mandy miliki.
Setelah rutin di instrumen Reksa Dana dan SBN, kini Mandy lebih berani melangkah ke investasi Saham. Mandy mulai diversifikasi keduanya, dengan mempelajari indeks LQ45 di laman resmi Bursa Efek Indonesia. Setelah mempelajari bagaimana menganalisis rasio fundamental beberapa perusahaan, Mandy mulai memilih BBRI dan ICBP sebagai saham blue chip pertamanya. Inilah proses Sobat Mandy! Tidak singkat, namun sesuai dengan profil risiko dan kemauan belajar yang konsisten dalam berinvestasi di pasar modal.
Nah, Sobat Mapan, ayo buatlah portofolio investasi sendiri yang sesuai dengan risk profile kamu ya!
9.Potensi Keuntungan harus sejalan dengan Potensi Risiko.
Ketika mulai berinvestasi, kamu pasti ingin mendapat keuntungan yang besar dalam waktu yang cepat, kan? Eits, tapi jangan mudah tergiur dengan bentuk investasi yang memberikan keuntungan tinggi ya, Sobat Mapan! Penawaran investasi dengan keuntungan tinggi biasanya didampingi oleh risiko yang tinggi. Contoh sederhananya, instrumen saham memiliki potensi keuntungan yang lebih tinggi dibanding Reksa Dana Pasar Uang. Namun, risiko fluktuasi harga saham jauh lebih besar dibanding potensi fluktuasi Reksa Dana Pasar Uang yang cenderung sangat kecil. Potensi keuntungan seharusnya sejalan dengan potensi risiko dari suatu produk investasi. Maka, apabila Sobat Mapan mendapat tawaran investasi menguntungkan dengan risiko minimal, langsung bersikap waspada, ya!
10.Lakukan pengawasan secara periodik untuk memantau kinerja investasi.
Apabila sudah memilih produk investasi, Sobat Mapan harus ingat untuk mengevaluasi kinerja produk tersebut dari waktu ke waktu. Untuk investasi saham, hal ini bisa kamu lakukan dengan membandingkan harga saham saat ini dengan harga ketika kamu membelinya. Apakah mengalami kenaikan atau malah penurunan? Kamu pun bisa membandingkan saham tersebut dengan harga acuan pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apakah saham yang kamu punya memiliki pertumbuhan positif dibandingkan IHSG di periode yang sama? Setelah dievaluasi, Sobat Mapan dapat menentukan strategi yang lebih sesuai untuk kondisi kinerja investasi yang kamu miliki.
Sumber : MOST
Komentar
Posting Komentar