PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP) berhasil membukukan laba bersih yang melonjak tinggi di semester I/2021. Laba bersih yang dibukukan mencapai Rp 501 miliar atau melonjak 444,9% secara year on year (yoy).
Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa dalam risetnya menjelaskan, hal yang mendorong kinerja LSIP adalah harga jual rata-rata (ASP) minyak sawit mentah (CPO) yang lebih kuat, dan volume penjualan yang lebih tinggi.
Peningkatan keuntungan dari penukaran valuta asing, pendapatan bunga, dan penurunan beban bunga juga mendorong laba perusahaan di semester I/2021.
Selanjutnya, pendapatan LSIP naik sebanyak 39% secara yoy menjadi Rp 2,18 triliun. Ia juga melihat pengeluaran operasional LSIP yang turun sehingga laba operasional naik sebanyak 322,8% secara yoy menjadi Rp 601 miliar.
Tandan buah segar (TBS) dari perkebunan inti mencapai 616 ribu ton pada akhir Juni 2021, ini sedikit berada di bawah proyeksi Yasmin untuk semester I/2021. “Dengan produksi TBS musiman di semester II/2021diprediksi lebih tinggi, kami membiarkan estimasi tahun 2021 kami tidak berubah,” kata Yasmin dalam risetnya, Jumat (13/8).
Sejalan dengan peningkatan produksi inti TBS dan eksternal, produksi CPO tumbuh 4% YoY menjadi 164 ribu ton sementara palm kernel (PK) meningkat 5% yoy menjadi 46 ribu ton. Volume penjualan CPO sebagian besar meningkat dengan 8% dan PK meningkat 12% yoy, masing-masing menjadi 169 ribu ton dan 47 ribu ton.
Namun, penjualan karet mengalami kontraksi -12% yoy menjadi 2,8 ribu ton karena permintaan yang lebih rendah, sementara benih kelapa sawit sedikit turun sebesar -1% yoy menjadi 2,0 juta benih.
Dengan lemahnya produksi, ini mendorong kenaikan harga CPO global dengan rata-rata harga jual RM 4.197 per ton atau meningkat 6,9% secara quarter on quarter (qoq) di kuartal II/2021.
Selama semester I/2021, Yasmin menaksir harga CPO global berada di rata-rata mencapai RM 4.062 per ton atau naik 63,8% secara yoy, tetapi kenaikan tersebut terpotong oleh pungutan ekspor yang diberlakukan. Sampai akhir tahun, ia memperkirakan harga akan stabil ke level RM 4.000 per ton, dengan produksi yang lebih tinggi karena puncak panen musiman berada di kuartal tiga dan empat.
Yasmin melihat, dengan menguatnya harga CPO global, pemerintah Indonesia meringankan beban pajak ekspor progresif yang kini hanya berpotensi diturunkan sebesar 10% hingga 18% dari harga referensi, sementara sebelumnya eksportir terkena pemotongan retribusi sebesar 14% hingga 26%.
Ia merekomendasikan beli LSIP dengan target harga Rp 2.110 per saham.
Sumber: KONTAN
Komentar
Posting Komentar