Perusahaan e-commerce berstatus unicorn pertama yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bukalapak.com disebutkan akan melepas sahamnya di harga Rp 850/saham. Harga tersebut merupakan batas atas dari harga yang ditawarkan antara Rp 750-850/saham.
Melansir Reuters, tiga sumber yang mengetahui informasi tersebut memastikan harga saham perusahaan ini akan ditawarkan ke publik.
Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana senilai US$ 1,5 miliar (Rp 21,75 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) dari penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) ini.
Dua sumber menyebutkan bahwa dalam masa bookbuilding (pembentukan harga), saham ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed). Sumber lainnya mengungkapkan bahwa permintaan mencapai US$ 6 miliar atau setara dengan Rp 87 triliun, artinya ada oversubscribed hingga empat kali.
Sumber CNBC Indonesia juga menyampaikan hal yang sama. Harga penawaran saham ini tampaknya akan berada pada batas atas dari range harga Rp 750-Rp 850/saham seiring dengan membludaknya permintaan atas saham perdana emiten Grup Emtek ini.
"Kalau oversubscribe, kemungkinan akan mentok di Rp 850," kata sumber pasar tersebut, Senin (19/7/2021).
CNBC Indonesis juga telah meminta mengkonfirmasi mengenai penetapan harga ini kepada Direktur Utama Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim, namun dia menolak untuk memberikan konfirmasi.
"Kami merupakan underwriter [penjamin emisi] BUKA [kode saham Bukalapak] dan mohon maaf kami tidak bisa memberi informasi mengenai kesepakatan klien kami," kata dia ketika dimintai konfirmasi, Rabu malam (21/7/2021).
Sedangkan underwiter lainnya, PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas tak kunjung memberikan respons hingga berita ini diturunkan.
Bukalapak menunjuk empat penjamin emisi (underwriter), terdiri dari penjamin emisi efek yakni PT UBS Sekuritas Indonesia dan Mirae Asset dan penjamin pelaksana emisi efek yakni Mandiri Sekuritas danBuana Capital Sekuritas.
Senin pekan ini Bukalapak mengakhiri proses bookbuilding sejak 9 Juli lalu. Tanggal efektif dari OJK diharapkan pada 26 Juli dan masa penawaran umum pada 28-30 Juli. Adapun target tercatat di papan perdagangan atau listing di BEI pada 6 Agustus 2021.
Di sisi lain, Mirae Asset dalam risetnya menyatakan potensi bisnis Bukalapak dan perusahaan digital lainnya di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan penelitian Bain, Google dan Temasek, yang menyatakan ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yaitu 270 juta orang, Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini memiliki salah satu sektor belanja online dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Bain memperkirakan nilai barang dagangan bruto (GMV) Indonesia tumbuh pada CAGR (rerata tahunan) 2020-2025 sebesar 23% dari US$ 44 miliar pada 2020 menjadi US$ 124 miliar pada 2025.
"Kami pikir perusahaan teknologi raksasa seperti Bukalapak dan GoTo akan dapat memonetisasi tren pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sedang meningkat. Belajar dari AS, perusahaan teknologi sekarang mendominasi 5 kapitalisasi pasar terbesarnya," tulis riset Mirae 12 Juli lalu.
Sumber: CNBC
Komentar
Posting Komentar