google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Anak Krakatau Steel (KRAS) akan IPO kuartal I tahun depan Langsung ke konten utama

Anak Krakatau Steel (KRAS) akan IPO kuartal I tahun depan


PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berencana mengantarkan Subholding Sarana Infrastruktur ke pasar modal. Kalau tidak ada aral melintang, proses penawaran perdana saham alias initial public offering (IPO) perusahaan yang terdiri dari empat entitas anak usaha KRAS itu direncanakan pada kuartal pertama tahun depan.

Direktur Utama KRAS, Silmy Karim mengatakan, Subholding Sarana Infrastruktur bakal terlebih dahulu ditawarkan ke investor strategis atau strategic investor lainnya sebelum dilepas ke pasar modal. Dalam hal ini, Indonesia Investment Authority (INA) menjadi lead strategic investor yang dibidik pada rencana tersebut.

“Jadi strategic investor dulu masuk di Agustus-September (2021), kemudian kuartal pertama ( Subholding Sarana Infrastruktur) kita IPO-kan,” ujar Silmy dalam acara Meet & Greet bersama PT AKR Corporindo Tbk & PT Krakatau Steel Tbk yang diselenggarakan secara virtual oleh CGS CIMB, Kamis (1/7).

Subholding Sarana Infrastruktur ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang layanan kawasan industri terintegrasi dengan empat area utama, yang terdiri dari kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan.

Anggotanya terdiri atas PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS). Subholding ini baru saja terbentuk pada 30 Juni 2021 lalu.

Menurut catatan KRAS, keempat entitas anak ini menyumbang pendapatan sekitar US$ 237 juta dengan earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar US$ 71 juta.

Silmy optimistis, Subholding Sarana Infrastruktur memiliki fondasi bisnis yang cukup kuat. Pada lini usaha kawasan industri misalnya, KIEC mengelola kawasan industri berisi perusahaan dengan berbagai bidang usaha, termasuk di antaranya bidang usaha petrokimia yang bisa mendukung usaha pelabuhan curah KBS.

Sebagian perusahaan-perusahaan yang ada di dalam kawasan industri KIEC  sedang memiliki rencana ekspansi. Di samping itu, keberadaan perusahaan baja di kawasan industri milik KIEC juga berpotensi menari masuknya industri turunan-turunan lain di  tingkat hilir.

Selanjutnya, lini usaha penyediaan air bersih juga berpotensi terus mengalami pertumbuhan seiring dengan kegiatan ekspansi usaha penyediaan air bersih KTI ke sejumlah wilayah seperti Gresik, Nusa Tenggara. Rencananya, agenda ekspansi ini masih akan terus dilanjutkan ke Sumatera dan wilayah lainnya.

Usaha bisnis penyediaan energi anak usaha KRAS, menurut Silmy, juga tidak kalah menarik. Hal ini lantaran KDL sudah memiliki wilayah usaha (wilus) sendiri sehingga memiliki ruang untuk meracik berbagai  strategi bisnis di bidang penyediaan energi.

Dengan fondasi bisnis yang dimiliki, Silmy menaksir, pendapatan  Subholding Sarana Infrastruktur berpotensi tumbuh menjadi US$ 380 juta - US$ 390 juta di tahun 2023 lalu kemudian kembali bertumbuh menjadi US$ 465 juta - US$ 515 juta di tahun 2025.

Kalau dilihat dari sisi pertumbuhan bisnis tahunan alias Compound Annual Growth Rate (CAGR), Silmy memproyeksikan, Subholding Sarana Infrastruktur bakal memiliki CAGR 8%-16% dengan rincian CAGR pada sisi aset sebesar 10%, ekuitas 11%, pendapatan 11%, dan EBITDA 16%.

Dengan perhitungan CAGR itu, EBITDA margin Subholding Sarana Infrastruktur diperkirakan mampu mencapai 2 kali lipat lebih besar dibanding EBITDA industri serupa kelak.

“Ini sangat menarik, di mana benchmark industri serupa itu cuman 15%, dan kita perkirakan (EBITDA Subholding Sarana Infrastruktur) akan bisa 2 kalinya, artinya 2 kalinya dari industri serupa,” tutur Silmy.

Sumber: Kontan

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...