Pandemi Covid-19 rupanya tak terlalu membebani kinerja PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR). Bank milik pemerintah Jawa Barat ini justru mampu mencatatkan kenaikan laba bersih secara konsolidasi menjadi Rp 1,68 triliun sepanjang 2020, atau naik 8% dibandingkan 2019 senilai Rp 1,56 triliun.
Kenaikan laba BJBR tersebut disokong dari kenaikan pendapatan bunga bersih senilai Rp 6,5 triliun, naik 6,16% dibandingkan 2019 senilai Rp 6,08 triliun.
Memasuki tahun ini, analis Maybank Kim Eng Sekuritas Rahmi Marina meyakini kinerja positif BJBR tersebut masih akan kembali berlanjut pada tahun ini. Bahkan, Rahmi memperkirakan laba bersih BJBR akan mencapai Rp 454 miliar pada kuartal I-2021 atau naik 9% secara year on year (yoy).
“Kenaikan tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan pinjaman dari kelompok Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan. Dengan BJBR yang berfokus pada segmen lowrisk, seharusnya membuat mereka mampu menjaga Non Performing Loan (NPL) di level 1,4%, level tersebut merupakan yang paling rendah dalam coverage perbankan Maybank Kim Eng,” tulis Rahmi dalam risetnya pada 8 April 2021.
Pada tahun ini, BJBR juga berencana memperkuat struktur modal perusahaan melalui aksi rights issue. Rencananya, BJBR akan melakukan rights issue kepada para pemegang saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 925 juta saham Seri B baru. Adapun nilai nominalnya sebesar Rp 250 per saham atau setara dengan 9.4% dari total saham yang ditempatkan dan disetor secara penuh oleh perseroan
Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy menilai langkah yang dilakukan BJBR merupakan hal yang positif. Menurutnya, penambahan modal hasil rights issue tersebut dapat digunakan oleh BJBR untuk melakukan ekspansi kredit yang lebih luas lagi.
Senada, analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama meyakini secara jangka panjang aksi BJBR akan memberi dampak positif. “Jika mengacu pada strategi manajemen untuk memperkuat struktur modal dan ekspansi kredit, langkah ini cukup baik untuk jangka panjang. Namun dalam jangka pendek, hal tersebut dapat meningkatkan likuiditas BJBR,” kata Okie kepada Kontan.co.id, Rabu (14/4).
Lebih lanjut, Okie mengatakan, saat ini tantangan industri perbankan masih belum banyak berbeda dibandingkan tahun lalu, yakni menjaga kualitas kredit dan pertumbuhan kredit. Ia bilang, pemulihan dari sektor riil yang saat ini tercermin pada data ekonomi diharapkan dapat berdampak pada naiknya permintaan kredit.
Selain permintaan kredit, kualitas kredit juga menjadi penentu kinerja emiten perbankan. Berkaca dari tahun lalu, kualitas kredit yang turun berdampak naiknya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) perbankan yang juga menurunkan perolehan laba. Namun, Okie optimistis BJBR dapat mencatatkan pertumbuhan kredit yang lebih baik pada tahun ini.
“Kalau kami memperkirakan, pertumbuhan kredit BJBR pada tahun ini bisa mencapai 8-9% secara yoy. Pertumbuhan ini mempertimbangkan faktor bahwa banyak debitur yang sudah mulai pulih aktivitas bisnisnya dan pada akhirnya akan mampu mendongkrak pertumbuhan kredit BJBR,” imbuh Robertus.
Robertus menambahkan, selain pertumbuhan kredit, faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja BJBR ada besaran dividen yang dibagikan. Pasalnya, selama ini BJBR menjadi salah satu emiten yang selalu membagikan dividen dengan nilai yang cukup signifikan.
Adapun BJBR pada tahun ini akan membagikan dividen Rp 941,97 miliar atau setara Rp 95,74 per saham. Dividen ini setara dengan 56% laba bersih BJBR tahun lalu yang mencapai Rp 1,68 triliun.
Pada tahun ini BJBR telah mengindikasikan sebesar 70% dari portofolio yang direstrukturisasi senilai Rp 3,2 triliun akan jatuh tempo hingga Maret 2022. Rahmi menyebut Maybank pun melakukan penyesuaian proyeksi kinerja karena porsi yang diperpanjang lebih tinggi dari perkiraan awal Maybank yang sebesar 50%.
“Terlepas dari perubahan tersebut, total pinjaman yang direstrukturisasi BJBR tetap jadi salah satu yang lebih rendah daripada para pesaingnya di mana diperkirakan sebesar 2,3% dari pinjaman terutang FY21E,” jelas Rahmi.
Dengan adanya penyesuaian tersebut, Rahmi pun memangkas proyeksi laba bersih BJBR sebesar 1,9% menjadi Rp 1,82 triliun untuk tahun ini. Sementara untuk pendapatan, diperkirakan akan sebesar Rp 9,05 triliun.
Sementara Okie memperkirakan pertumbuhan pendapatan bunga bersih BJBR pada tahun ini akan sebesar 7%. Sementara laba bersihnya diproyeksikan dapat tumbuh 9.5%.
Rahmi mengatakan, ROE rata-rata BJBR pada FY21-23E yang sebesar 15,6% dan cakupan loan at risk (LAR) FY21E yang sebesar 35% merupakan salah satu yang terkuat di industri. Oleh karena itu, Rahmi masih memberi rekomendasi beli untuk saham BJBR dengan target harga Rp 1.950 per saham.
Sementara Okie dan Robertus juga sama-sama merekomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 1.750 dan Rp 1.900. Adapun, saham BJBR pada perdagangan Rabu (14/4) ditutup menguat 0,31% ke Rp 1.605 per saham.
Sumber: KONTAN
Komentar
Posting Komentar