Hasil survei yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menunjukkan bahwa pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tetap optimistis meski di tengah tantangan pemulihan ekonomi usai terkontraksi karena pandemi.
Hasil Survei Aktivitas Bisnis UMKM BRI pada kuartal IV 2020 mengindikasikan kegiatan usaha UMKM sedikit menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal itu tercermin pada BRI Micro & SME Index (BMSI) yang turun dari 84,2 pada kuartal III menjadi 81,5 pada kuartal IV 2020. Walaupun begitu, pelaku UMKM masih tetap optimistis menyongsong kuartal I 2021 yang ditunjukkan oleh ekspektasi BMSI yang tetap di atas ambang batas 100.
"Walaupun BMSI mengalami penurunan, optimisme pelaku UMKM tetap terjaga, tercermin pada indeks ekspektasinya. Indeks ekspektasi BMSI tercatat di atas 100 yaitu 105,4 pada kuartal IV 2020. Ini menunjukkan mayoritas pelaku UMKM masih optimis aktivitas usahanya akan semakin membaik pada kuartal I 2021," kata Direktur Utama BRI Sunarso saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjut Sunarso, jika dibandingkan kuartal III-2020, ekspektasi BMSI kuartal IV-2020 sedikit lebih rendah. Hal itu berarti optimisme pelaku UMKM menyambut kuartal I 2021 tidak setinggi optimisme saat menyongsong kuartal IV-2020. Penyebab utamanya adalah masih meningkatnya tren kasus baru COVID-19, kemudian diikuti pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali.
Penurunan BMSI sendiri sejalan dengan penurunan PDB sebesar 0,42 persen dari kuartal III ke kuartal IV 2020. Penurunan ini disebabkan tiga faktor, yaitu dampak pengetatan aktivitas sosial dan mobilitas masyarakat, faktor musiman, dan cuaca yang mengganggu produksi UMKM. Kebijakan PSBB ketat pada akhir kuartal III 2020, yang diikuti pengurangan hari libur Natal dan Tahun Baru 2020 membuat banyak konsumen membatalkan rencana liburan dan belanja akhir tahunnya, yang selanjutnya menekan kinerja bisnis UMKM.
Komponen BMSI yang mencatat penurunan yang terbesar adalah volume produksi dan nilai penjualan. Sehingga, volume persediaan barang input, barang jadi, serta penggunaan tenaga kerja juga lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Jika dilihat BMSI sektoral, hampir semua sektor mengalami penurunan, kecuali sektor industri pengolahan. Penurunan tertinggi terjadi pada sektor hotel dan restoran.
"Penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat untuk aktivitas perjalanan, serta pemangkasan hari libur akhir tahun membuat banyak konsumen membatalkan rencana perjalanan wisata dan belanjanya. Hal ini menyebabkan banyak usaha perhotelan, transportasi, dan perdagangan mengalami penurunan pendapatan. Di sisi lain, penurunan BMSI sektor pertanian berhubungan dengan awal musim tanam, sehingga produksi pertanian, khususnya tanaman bahan makan mengalami penurunan," ujar Sunarso.(end/ant)
Sumber: IQPLUS
Komentar
Posting Komentar