PT Timah Tbk. menekan rugi bersih yang dibukukan oleh perseroan secara kuartal pada kuartal III/2020.
Lewat siaran pers yang dikutip Rabu (4/11/2020), Manajemen Timah menjelaskan bahwa uji coba vaksin di beberapa negara telah membawa harapan baik bagi pulihnya pasar komoditas logam. Perseroan pertambangan milik negara itu melaporkan permintaan logam timah naik 8,07 persen secara kuartalan pada kuartal III/2020.
Emiten berkode saham TINS itu melaporkan harga logam timah terus membaik akibat defisit pada kuartal III/2020. Manajemen optimistis harga akan kembali ke posisi semula pada awal 2021.
TINS melaporkan ekspor timah sebesar 98 persen dengan pasar benua Asia 68 persen, Eropa 15 persen, dan Amerika 15 persen pada kuartal III/2020. Sisanya, penjualan dilakukan ke pasar domestik.
Pada kuartal III/2020, TINS membukukan pendapatan Rp11,88 triliun. Realisasi itu lebih rendah 18,42 persen dari Rp14,56 triliun periode yang sama tahun lalu.
TINS tercatat masih membukukan rugi bersih Rp255,16 miliar per 30 September 2020. Namun, jumlah itu menciut dari Rp390,07 miliar pada kuartal II/2020.
Manajemen TINS mengungkapkan eksplorasi terus dilakukan untuk mendukung keberlangsungan bisnis TINS ke depan. Bangka Belitung masih akan menjadi lokasi utama penambangan timah.
“Potensi cadangan timah di Bangka Belitung masih besar, terutama untuk tipe primer yang banyak ditemukan di berbagai lokasi baru yang diterus dilakukan eksplorasinya,” ujar Direktur Keuangan Timah Wibisono.
Wibisono menambahkan cadangan baru akan menjadi harapan bagi TINS. Hal itu terkait dengan keberlangsungan bisnis pertimahan pada masa depan.
TINS melaporkan produksi bijih timah sebanyak 34.592 ton sampai dengan kuartal III/2020. Realisasi itu turun 47,44 persen dari 65.819 ton periode yang sama tahun lalu.
Sumber: BISNIS
Komentar
Posting Komentar