PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL) membukukan laba bersih sebesar US$42,0 juta dengan pendapatan sebesar US$144,7 juta di Kuartal Ketiga tahun 2020 dibandingkan dengan laba bersih sebesar US$14,5 juta dan pendapatan sebesar US$74,8 juta di Kuartal Ketiga tahun 2019. Ini mewakili 2,9x dan 1,9x dari masing-masing angka di Kuartal Ketiga tahun 2019.
Menurut keterangan, Manajemen BULL menyampaikan bahwa peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pertumbuhan armada memecahkan rekor dengan 15 kapal tanker tambahan. Kemudian faktor pendukung lainnya yakni semua kapal tambahan adalah kapal tanker besar dengan margin lebih tinggi, serta kinerja BULL juga didorong oleh peningkatan kontribusi dari pasar internasional dengan margin lebih tinggi.
Pada saat yang bersamaan, rata-rata pendapatan Time Charter Equivalent (TCE) untuk semua segmen kapal tanker BULL meningkat dikarenakan diversifikasi usaha BULL ke dalam pasar internasional. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2019, sekitar 15% pendapatan TCE BULL adalah berasal dari pasar internasional. Ini meningkat menjadi sekitar 35-40% di sembilan bulan pertama tahun 2020. Selain itu, di pasar kapal tanker internasional, tingkat harga TCE untuk kapal tanker berukuran Long Range 2 (LR2) dan handy-sized rata-rata meningkat sebesar 60,4% dan 22,4%.
Perbandingan Kuartal Kedua 2020 dengan Kuartal Pertama 2020
Perseroan berfokus pada laba bersih operasi sebagai sebuah tolok ukur kinerja. Laba bersih operasi mengeluarkan pos non-operasional atau luar biasa seperti keuntungan atau kerugian nilai tukar mata uang asing serta pos lainnya. Perusahaan mencatat rekor laba bersih operasi Kuartal Ketiga 2020 sebesar US$12,5 juta sesuai ekspektasi atau 2,1x dari laba bersih di tahun 2019 walau tarif sewa TCE turun 47,2% karena BULL berhasil menutup 80-90% pendapatannya dengan kontrak.
Penurunan tarif sewa TCE karena efek musiman tarif sewa tanker minyak dimana tarif sewa TCE selalu terlemah di Q3 dan tertinggi di Q4 dan Q1. Ini karena cuaca dingin yang mulai di November sampai Februari meningkatkan pemintaan minyak mentah.
Prospek Kedepan
Karena tren musiman yang kuat, tarif TCE diharapkan jauh lebih tinggi di Q4 dibandingkan dengan Q3. Rata-rata, tingkat TCE selalu naik 114% di Q4 sejak 2016 dan tingkat kenaikan minimum adalah 45%. "Ini diharapkan menjadi pendorong yang kuat untuk kinerja Perusahaan di Q4 dan untuk setahun penuh."tulis Manajemen BULL.
Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa meskipun Q3 juga menderita dari tren destocking yang terus berlanjut dan permintaan minyak secara keseluruhan masih lemah karena COVID-19 serta faktor musiman, rata-rata tarif TCE Q3 pada tahun 2020 tetap 34,7% lebih tinggi dari rata-rata tingkat TCE Q3 sejak 2016. Ini memberikan dasar yang lebih kuat untuk tarif TCE Q4.
Dampak positif langsung lainnya pada tingkat TCE adalah kembalinya produksi minyak Libya yang secara mengejutkan nol pada September 2020 tetapi sekarang meningkat dengan cepat setelah gencatan senjata. Produksi sekarang telah meningkat menjadi sekitar 800.000 bpd dan diharapkan mencapai 1.300.000 bpd pada akhir tahun ini dan setidaknya 1.600.000 bpd pada tahun depan. Selain itu, OPEC+ (termasuk Rusia) diperkirakan akan meningkatkan produksi minyak sebesar 2,2 juta barel per hari setelah Desember. Produsen minyak lain seperti Norwegia, Guyana, dan Kanada juga berencana meningkatkan produksi.
Selain itu, armada yang beroperasi lebih dari biasanya karena penundaan docking dan scrapping juga kembali normal karena galangan kapal telah kembali beroperasi. Berdasarkan bukti anekdotal, aktivitas docking dapat meningkat 30-50% sementara pengikisan kapal seharusnya kembali normal. Dimana rata-rata 9,5 juta DWT tanker didaur ulang setiap tahun, sejauh ini pada 2020 hanya 1,3 juta DWT tanker yang telah didaur ulang dengan 6 juta DWT lainnya diperkirakan akan dibongkar pada akhir tahun dan 12 juta lagi pada 2021. (end/as)
Sumber: IQPLUS
Komentar
Posting Komentar