Covifor atau Remdesivir yang merupakan obat antivirus yang didistribusikan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) bukanlah produk yang diperjualbelikan secara bebas.
Dengan harga jual senilai Rp3 juta per dosis, Covifor atau Remdesivir hanya didistribusikan ke layanan fasilitas kesehatan yakni rumah sakit mulai Kamis (1/10/2020).
Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan sekaligus Tim Pakar Dokter Gugus Tugas Nasional Erlina Burhan mengatakan bahwa Covifor awalnya merupakan obat yang diberikan kepada pasien Ebola dan telah banyak diujicobakan untuk pasien Covid-19 di berbagai negara dan memberikan hasil yang baik.
Ia menjelaskan awalnya virus Covid-19 akan masuk ke dalam tubuh manusia dan menempel di saluran napas. Selanjutnya, virus akan berkembang membentuk replikasi ke bagian organ tubuh lainnya.
“Cara kerjanya Remdesivir ini menghambat replikasi virus. Jadi mudah-mudahan kalau masuk Remdesivir, replikasi virus ini akan terhambat jadi tidak terjadi keparahan yang lebih lanjut dan sistem imun menjadi kuat,” ungkapnya dalam konferensi pers peluncuran Covifor bersama Kalbe Farma pada Kamis (1/10/2020).
Sebagai langkah awal, Erlina menyebutkan, terdapat 25 pasien Covid-19 di RSUP Persahabatan yang akan diberikan obat antivirus injeksi tersebut.
Pasien Covid-19 yang memenuhi kriteria pemberian injeksi adalah berusia di atas 18 tahun, sudah positif terkonfirmasi Covid-19, dan dalam kondisi berat dalam artian saturasi oksigennya di bawah 94 persen atau sedang menjalani ventilator mekanik.
Beberapa pasien yang dieksklusi diantaranya memiliki riwayat alergi, kelainan liver, kelainan ginjal dan pasien yang menjalani obat penelitian lainnya sesuai dengan protokol komite etik rumah sakit.
“Pemberiannya diberikan melalui infus, hari pertama 200 mg, hari berikutnya 5 hingga 10 hari lagi, sebanyak 100 mg saja. Diinfuskan dengan NaCl 0,9 persen,” sambungnya.
Tentu saja, Erlina berharap ketersediaan Remdesivir bisa mencakup seluruh kawasan Indonesia yang didukung dengan keterjangkauan harganya.
Sumber: bisnis
Komentar
Posting Komentar