google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham IPCC | PABRIKAN OTOMOTIF KEMBALI BEROPERASI, BERKAH JULI DI TERMINAL IPCC Langsung ke konten utama

Saham IPCC | PABRIKAN OTOMOTIF KEMBALI BEROPERASI, BERKAH JULI DI TERMINAL IPCC


IQPlus, (24/08) - Mulai kembali beroperasinya sejumlah manufaktur otomotif kian membawa angin segar bagi layanan bongkar muat kendaraan di Terminal PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), baik domestik maupun internasional. Setelah mengalami penurunan cukup signifikan layanan bongkar muat pada perode April-Mei tahun ini, di bulan Juni lalu mulai ada perbaikan dan pada bulan Juli kemarin kondisi layanan bongkar muat kendaraan kembali mengalami kenaikan. Meski belum setinggi biasanya atau belum sebanyak pada kondisi normal namun, paling tidak patut disyukuri pada bulan Juni dan Juli ini diharapkan dapat menjadi momentum kembali bergairahnya layanan bongkar muat kendaraan di Terminal IPCC.

Tercatat di Terminal Internasional pada Juli 2020, bongkar muat kendaraan CBU mengalami kenaikan 62,15% (MoM) di angka 16.246 unit bila dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini lebih tinggi dari bulan Juni 2020 yang mengalami peningkatan 23,22% (MoM). Kenaikan di bulan Juli tersebut juga di atas perkiraan sebesar 12.212 unit CBU. Adapun kenaikan tersebut disumbang oleh layanan bongkar muat CBU impor yang mencapai 1.508 unit CBU atau naik 6,35% (MoM) dimana jumlah ini di atas perkiraan 1.461 unit CBU. Pada ekspor tidak kalah menarik dimana mengalami kenaikan 71,35% (MoM) dengan jumlah 14.738 unit CBU dimana sebelumnya diperkirakan sebanyak 10.751 unit CBU.

Pada segmen Alat Berat turut mengalami kenaikan layanan bongkar muat dimana sebanyak 726 unit atau naik 116,72% (MoM) dibandingkan bulan sebelumnya dimana jumlah tersebut melampaui perkiraan sebanyak 349 unit yang ditangani. Kenaikan layanan bongkar muat Alat Berat tersebut berasal dari kegiatan impor yang naik 38,76% (MoM) di angka 247 unit dan kegiatan ekspor sebanyak 479 unit atau naik 205,10% (MoM). Adapun peningkatan layanan ekspor tersebut banyak berasal dari Alat Berat jenis Truk dan Bus. Jumlah tersebut juga berhasil melewati perkiraan sebelumnya dimana kegiatan ekspor diperkirakan sebanyak 162 unit dan impor sebanyak 187 unit.

Di sisi lain, pada segmen general cargo/spareparts mengalami kenaikan 90,70% (MoM) dengan jumlah 2.862 M3 dimana jumlah tersebut di atas perkiraan 1.576 M3 . Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.352 M3 ditangangi kegiatan impor dengan kenaikan 130,89% (MoM) dan sebanyak 1.509 M3 ditangani kegiatan ekspor dengan peningkatan 64,96% (MoM). Adapun sebelumnya diperkirakan untuk kegiatan impor ditangani 615 M3 dan ekspor sebesar 960 M3.

Di tempat lain, layanan bongkar muat kendaraan pada bulan Juli 2020 di Terminal Domestik juga kembali menunjukan kenaikan setelah di bulan Juni 2020 tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Pada segmen kendaraan CBU mengalami kenaikan 33,77% (MoM) dengan jumlah 6.996 unit CBU. Jumlah tersebut berada di atas perkiraan sebelumnya sebesar 5.753 unit CBU. Pada segmen Alat Berat, ditangani sebanyak 1.327 unit atau mengalami kenaikan 63,83% (MoM) dimana jumlah tersebut di atas perkiraan 891 unit. Pada segmen general cargo/spareparts ditangani sebanyak 624 M3 atau meningkat 307,97% (MoM) dimana sebelumnya diperkirakan hanya sebesar 168 M3. Untuk segmen kendaraan roda dua (motor), IPCC melayani 1.226 unit atau naik 6,25% (MoM).

Baik secara perhitungan year on year (YoY) maupun akumulasi sepanjang 7 bulan di tahun ini dimana mayoritas masih cenderung lebih rendah dari periode tahun lalu dikarenakan kondisi riil di lapangan yang berbeda. Untuk tahun ini, jelas dirasa sangat berat terutama dengan adanya dampak dari Pandemi Covid-19 yang berimbas ke seluruh industri. Meski pemberian layanan bongkar muat di Terminal IPCC terus dilayani namun, dengan adanya penurunan jumlah kendaraan yang masuk ke Terminal IPCC tentunya berimbas pada jumlah kendaraan yang ditangani. Namun demikian, dalam kurun waktu dua bulan terakhir kondisi layanan bongkar muat kendaraan di Terminal IPCC secara perlahan mulai pulih. Sejumlah pabrikan otomotif mulai melakukan pengiriman logistik ke Terminal IPCC dan sejumlah kapal pun mulai banyak yang berdatangan.

Harapan akan kian pulihnya industri otomotif yang dibarengi dengan ikhtiar serta upaya perbaikan dan peningkatan layanan bongkar muat di Terminal IPCC dapat menjadi momentum pemulihan kinerja IPCC. Optimalisasi lahan, peningkatan sistem yang saling terintegrasi dalam satu mata rantai logistik, hingga pendekatan kepada para pelanggan dan calon pelanggan terus diupayakan demi kembali meningkatnya kinerja IPCC, baik dari sisi operasional maupun keuangan. (end/as)

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...