KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah menurunkan peringkat PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Tak hanya peringkat perusahaan, Pefindo juga memangkas peringkat Obligasi PUB I/2015, PUB II/2016, dan PUB II/2017 menjadi idBBB+ dari idA-.
Pefindo beralasan, leverage keuangan yang tinggi dan cakupan bunga yang lemah membuat WSKT tidak lagi layak menyandang peringkat idA-. Pefindo memandang, leverage keuangan WSKT akan tetap tinggi karena perusahaan ini terus mengandalkan dana eksternal untuk modal kerja dalam menyelesaikan kontrak backlog dan investasi.
Hingga saat ini, Pefindo juga masih memasang prospek negatif untuk WSKT mengantisipasi pelemahan lebih lanjut pada profil kredit. Selain itu, kondisi operasi bisnis yang masih menantang effek dari dampak ekonomi disebabkan virus corona (COVID-19).
Terutama apabila pandemi berkepanjangan, dapat memperketat pembatasan serta gangguan operasional dan rantai pasokan, termasuk penundaan tender atas proyek baru. Di kuartal pertama 2020, kontrak baru yang diperoleh baru mencapai Rp 3,2 triliun, turun 24% year-on-year (yoy), sehingga kontrak backlog turun menjadi Rp 52,5 triliun per 31 Maret 2020.
Ini merepresentasikan rasio order book terhadap pendapatan konstruksi secara 12 bulan terakhir sebesar 2,3 kali, turun dari rata-rata 3,6 kali pada 2015-2019. Prospek negatif juga untuk mengantisipasi meningkatnya risiko pembiayaan kembali di tengah lingkungan kredit yang memburuk. WSKT memiliki obligasi jatuh tempo senilai Rp 2,5 triliun di Oktober 2020, yang direncanakan dibayar menggunakan kas internal.
Per 31 Maret 2020, saldo kas perusahaan adalah sebesar Rp 6,1 triliun. Waskita Karya (WSKT) berencana untuk menerbitkan obligasi melalui skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) senilai Rp 4,95 triliun yang akan digunakan untuk pembiayaan kembali dan modal kerja. Meskipun demikian, mengingat posisi pasar yang kuat dan partisipasi aktif dalam proyek infrastruktur pemerintah, Pefindo menilai WSKT akan terus memiliki akses ke sumber likuiditas domestik, khususnya bank-bank milik negara.
Menurut Yogie Surya Perdana dan Aryo Perbongso Analis Pefindo, peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar yang kuat di industri konstruksi domestik, keuntungan sebagai perusahaan konstruksi milik negara, dan margin keuntungan yang baik.
Namun, peringkat tersebut dibatasi tingginya leverage keuangan dan rasio cakupan bunga yang lemah, lingkungan bisnis yang cukup fluktuatif pada industri konstruksi, dan risiko yang berkaitan dengan ekspansi agresif di bisnis jalan tol dan rencana divestasi.
Pefindo mengatakan, peringkat dapat diturunkan jika leverage keuangan WSKT tetap tinggi dengan kemungkinan terbatas untuk deleveraging dan cakupan bunga turun menjadi kurang dari 1,0 kali secara berkelanjutan.
Pefindo menegaskan dapat menurunkan peringkat jika ada penurunan substansial dalam pencapaian kontrak baru, yang berdampak pada visibilitas pendapatannya, dan/atau risiko keterlambatan penyelesaian proyek dan peningkatan biaya karena COVID-19. "Apalagi jika WSKT tidak dapat mengusulkan eskalasi, karena akan mengurangi profitabilitasnya," terang Yogie dan Aryo dalam rilis Selasa (7/7)
Di lain sisi, Pefindo dapat merevisi prospek menjadi stabil jika WSKT memperbaiki leverage keuangan dan rasio cakupan bunga secara berkelanjutan didukung oleh kontrak backlog yang kuat memberikan visibilitas pendapatan selama beberapa tahun ke depan.
Komentar
Posting Komentar