IQPlus, (12/05) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyampaikan bahwa alat uji COVID-19 berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dibuat PT Bio Farma (Persero), yakni BioCov-19 mulai diproduksi.
"Selama ini kan kita impor reagen (bahan baku untuk tes PCR), dan saat ini sudah bisa kita produksi. Ini sudah mulai dikerjakan oleh Bio Farma," ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan kapasitas produksi PCR diagnostic kit (BioCov-19) di Bio Farma sebesar 200.000 tes kit per bulan atau sekitar 50.000 tes kit per pekan.
Ia menambahkan kapasitas itu memungkin diperbesar dengan menambah peralatan otomatis untuk melakukan proses produksinya, sedangkan saat ini di Bio Farma masih manual menggunakan operator dengan jumlah personil 15-18 orang.
Arya mengharapkan keberhasilan Bio Farma membuat PCR diagnostic kit itu mendorong industri farmasi lokal dapat terus berkembang.
"Jadi, Kementerian BUMN terus mendorong supaya industri farmasi lokal itu berkembang dan produk-produk lokalnya terus ditambahkan," ucapnya.
Dijelaskan, PT Bio Farma membuat PCR diagnostic kit yang spesifik terhadap SARS-CoV-2 atau COVID-19 dan tetap mengacu pada WHO-CDC Protocol for Emergency Use, menggunakan 3 target gene yang disarankan, yakni Gene RdRP (RNA dependent RNA Polymerase), Nucleocapsid gene (Gene N), dan Gene RNase-P (RPP30) yang sebagai human gene control.
Disampaikan, Kit yang diproduksi PT Bio Farma ini telah diuji pendahuluan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitasnya. Uji pendahuluan ini dilakukan oleh Tim Nusantics dan akan diulang oleh tim PT Bio Farma.
Sensitivitas merupakan limit deteksi terendah (LoD/Limit of Detection) yang bisa dideteksi oleh suatu kit, biasanya satuannya untuk Kit RT PCR adalah Copies number, ini menunjukkan berapa copy gen virus yang bisa dideteksi oleh kit ini.
"Semakin kecil angkanya semakin sensitiv kit yang dibuat," paparnya.(end)
Komentar
Posting Komentar