Pandemi virus korona memukul semua segmen bisnis yang dijalankan oleh emiten properti.
Daya beli yang rendah hingga kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat penjualan properti dan bisnis penyewaan ruang tergerus.
Karena itu, Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari mengatakan, emiten properti akan kesulitan mencatatkan kinerja yang lebih baik di tahun 2020.
Di tengah wabah virus korona saat ini, masyarakat akan cenderung menyimpan uang.
Alhasil, konsumsi akan berkurang. Dengan begitu, penjualan properti juga akan berkurang signifikan.
Bahkan tren bunga rendah tidak efektif mengangkat daya beli masyarakat di bidang properti.
Kebijakan bekerja dari rumah dan PSBB juga menekan kinerja properti, khususnya sewa tenant di pusat perbelanjaan dan perkantoran.
Tak hanya itu, emiten properti yang memfokuskan pendapatannya melalui sektor perhotelan dan recurring income juga akan menurun.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, emiten properti yang pendapatannya bergantung pada sewa di pusat perbelanjaan dan perkantoran tidak mendapat pemasukan akibat kebijakan tersebut.
Apalagi, emiten properti juga memberi kompensasi penundaan pembayaran bagi tenant.
Emiten yang paling terpukul di segmen ini adalah PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Pakuwon memberikan kelonggaran pembayaran bagi tenant untuk April 2020 hingga Juni 2020.
Kebijakan berlaku pada semua tempat perbelanjaan PWON di Jakarta dan Surabaya.
Analis Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso juga berpendapat, pendapatan pra penjualan alias marketing sales juga susah tumbuh.
Liat posisi utang
Untuk menjaga kinerja, emiten properti harus menghindari dan menahan pengeluaran biaya operasi, terutama untuk merilis produk baru.
Sebaliknya, emiten properti dapat memaksimalkan pengenalan produk-produk lama yang telah dirilis kepada publik.
Selain itu, emiten properti juga dapat memangkas biaya administrasi untuk meningkatkan efisiensi biaya.
Ajeng melihat, penjualan perumahan ritel justru lebih prospektif dibanding sewa tenant pada tahun ini.
Sebab, kebutuhan masyarakat untuk memiliki tempat hunian masih tinggi.
Terlebih, tren penurunan suku bunga acuan bisa menyuntik minat konsumen membeli properti.
Kendati demikian, Bimo menyarankan investor mempertimbangkan neraca emiten properti sebelum masuk.
Semakin sehat neracanya, maka emiten tersebut akan semakin tahan guncangan.
Bimo menilai PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PWON bisa dipertimbangkan untuk dikoleksi.
Ketiga emiten ini memiliki porsi utang yang rendah.
Ajeng melihat saham emiten CTRA lebih menarik. Alasannya, sebagian besar pendapatan CTRA bersumber dari penjualan rumah tapak.
Komentar
Posting Komentar