Harga komoditas tambang terus merosot akibat berlanjutnya penyebaran virus corona di dunia.
Kondisi ini mendorong emiten tambang pelat merah memutar otak agar kinerja tahun ini tak anjlok dalam.
PT Timah Tbk (TINS), misalnya, akan mengurangi volume ekspor sekitar 20% di tahun ini, serupa strateginya di tahun lalu.
"Pengurangan ini sifatnya bukan setahun. Tetapi sifatnya maintain bulanan untuk melihat kondisi harga," ujar Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar Baswedan kepada KONTAN, Jumat (17/4).
Pengurangan pasokan di pasar internasional diharapkan bisa mengerek harga timah ke level wajarnya.
Hitungan TINS, harga wajar timah di US$ 18.000 per ton. Sementara harga timah akhir pekan lalu masih US$ 15.070 per ton.
Sementara itu, TINS mempertahankan target produksi 60.000 ton70.000 ton. Perusahaan ini juga melakukan efisiensi di setiap lini bisnis.
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan melihat, harga komoditas timah berpeluang bearish hingga akhir 2020.
Artinya, pendapatan TINS masih akan tertekan.
Sementara emiten batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengaku bisa mengurangi risiko karena lebih dari 60% produksinya ditujukan ke pasar dalam negeri.
Memang, Harga Batubara Acuan (HBA) April 2020 sudah mulai terimbas pandemi virus corona.
HBA dipatok di angka US$ 65,77 per ton, lebih rendah 1,95% dari bulan sebelumnya.
Jumat lalu, harga batubara internasional juga melorot ke US$ 58,85 per ton, yang menjadi level terendah sejak Juli 2016.
Dalam catatan KONTAN, selain efisiensi, PTBA tengah mengkaji pasar baru, seperti Taiwan dan Brunei Darussalam.
PTBA memasang target produksi 30,3 juta ton di tahun ini, lebih tinggi sekitar 4% dibanding realisasi tahun lalu.
Sebaliknya kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tahun ini masih berpeluang menguat.
Ketidakpastian ekonomi telah melambungkan harga emas dunia.
Dalam laporan keuangan 2019, penjualan produk emas ANTM mencapai Rp 22,46 triliun. Realisasi ini naik 34% dalam setahun.
Asal tahu saja, penjualan emas berkontribusi 68% terhadap total pendapatan ANTM.
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia memprediksi, ANTM bisa mempertahankan pendapatan di kisaran Rp 32,7 triliun dan laba bersih di Rp 1,19 triliun tahun ini.
Komentar
Posting Komentar