KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) masih menanti penyelesaian proyek smelter pemurnian timbal di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Manajemen ZINC menargetkan smelter tersebut akan memasuki fase commisioning pada bulan Maret mendatang.
Sebenarnya, target tersebut meleset. Sebab, dalam informasi sebelumnya, ZINC menargetkan proyek smelter pemurnian timbal ini akan masuk tahap commisioning di akhir tahun lalu.
Direktur Keuangan ZINC Hendra William tidak mempermasalahkan mundurnya jadwal commisioning smelter pemurnian timbal perusahaan. Saat ini, beberapa peralatan tambahan termasuk peralatan keselamatan sedang disiapkan untuk mendukung rencana commisioning smelter tersebut.
Jika fase commisioning smelter tersebut berjalan sesuai rencana, maka proses uji coba produksi akan langsung dilakukan hingga kuartal tiga tahun ini. "Setelah itu akan dilakukan proses maintenance sebelum beroperasi komersial secara penuh," imbuh Hendra, Selasa (7/1).
Kelak, smelter ini menjadi smelter pemurnian timbal pertama di Indonesia. Adapun kapasitas produksi smelter tersebut sekitar 20.000 ton bullion per tahun.
Ia menambahkan, hingga Desember 2019 lalu, ZINC sudah menggunakan dana capital expenditure (capex) sebesar US$ 10 juta untuk menggarap smelter pemurnian timbal.
Di samping itu, ZINC juga masih berupaya menyelesaikan proyek smelter seng yang juga berada di Pangkalan Bun. Per September 2019, konstruksi smelter ini sudah terbangun 58%. Pihak ZINC menargetkan di tahun ini perkembangan smelter seng tersebut bisa mencapai di atas 60%--65%.
Adapun target uji coba smelter seng ZINC masih sesuai rencana awal yakni paling lambat 2021 nanti. Smelter ini akan menghasilkan seng sebanyak 30.000 ton ingot per tahun.
Hendra menyebut, capex yang dibutuhkan untuk pengerjaan smelter seng mencapai US$ 30 juta. "Sumber capex sementara masiu menggunakan dana operasional perusahaan dan dana pribadi komitmen pemegang saham pendiri perusahaan," terang dia.
Di luar itu, ZINC tetap berkomitmen meningkatkan produksi ore yang berupa kombinasi timbal, seng, dan perak. Tahun ini perusahaan membidik produksi ore sebanyak 600.000 ton atau lebih tinggi ketimbang target tahun lalu yakni 450.000 ton.
Hendra mengaku, target produksi ore di tahun lalu sudah tercapai. Di sisi lain ia juga memastikan, peningkatan target produksi ore di tahun ini bukan disebabkan keberadaan smelter pemurnian timbal perusahaan yang sebentar lagi selesai.
"Smelter timbal bukan untuk menambah produksi, tapi menambah marjin dari nilai jual terhadap produksi timbal perusahaan," imbuhnya.
Komentar
Posting Komentar