KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk (INAF) telah menyiapkan jurus jitu di 2020 guna membalikkan rugi bersih yang telah tercatat sejak lama..
Direktur Keuangan & Human Capital Indofarma Herry Triyatno mengatakan, tahun ini perusahaan optimistis bisa mencetak laba bersih sebesar Rp 8,9 miliar di akhir 2020. "Meski sampai dengan kuartal III-2019 INAF masih rugi bersih sebesar Rp 34,84 miliar, perusahaan optimistis bisa positif di tahun ini karena secara nature bisnis pendapatan banyak masuk di kuartal IV," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (7/1).
Herry menjelaskan, di sepanjang tahun ini Indofarma sudah fokus pada perbaikan fundamental infrastruktur bisnis model dan restrukturisasi keuangan yang sudah diselesaikan di Oktober 2019.
Restrukturisasi yang dimaksud adalah restrukturisasi keuangan terhadap pinjaman Indofarma di Bank Mandiri, BNI dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Adapun sejauh ini telah disepakati untuk perpanjangan tenor sampai 10 tahun dan keringanan suku bunga.
Selain itu untuk memperbaiki kerugian fundamental, INAF juga mengacu pada lima pilar strategi untuk melakukan perbaikan. Kelima pilar tersebut adalah fokus pada segmen bisnis reguler, diversifikasi portofolio produk, efisiensi serta perbaikan struktur keuangan, perbaikan sumber daya manusia, dan disiplin dalam eksekusi.
Selain itu, INAF juga memperhitungkan belanja bahan baku berdasarkan proyeksi kebutuhan pasar, untuk menghemat cost of fund sehingga cenderung zero inventory. Adapun strategi efisiensi juga dilakukan dengan membeli bahan baku sesuai kebutuhan dan bila memungkinkan membeli bersama grup usaha agar secara mendapat harga lebih rendah.
Nah, di 2020 nanti perusahaan farmasi ini bakal fokus pada segmen reguler dan perbaikan sistem penagihan utang. Selain itu perusahaan farmasi ini juga akan memperdalam bisnis alat kesehatannya.
Indofarma tentunya sudah menyiapkan belanja modal untuk memuluskan rencananya ini. Herry mengungkapkan, INAF menyiapkan belanja modal sebesar Rp 56 miliar di tahun 2020 untuk bisnis alat kesehatan.
Tidak tanggung-tanggung, Herry memproyeksikan pendapatan dari alat kesehatan bisa mencapai Rp 300 miliar. Jika membandingkan dengan kontribusi alat kesehatan di 2018 yang masih Rp 3,13 miliar tentu pertumbuhannya cukup pesat.
Target ini sebenarnya juga dibarengi dengan ikhtiar INAF yang melakukan sejumlah kesepakatan kerjasama dengan mitra perusahaan alat kesehatan dari China dan Korea.
Asal tahu saja, sampai saat ini Indofarma sudah membuat kesepakatan kerjasama dengan mitra perusahaan alat kesehatan dari China sebanyak 8 perusahaan produsen medical diposable atau consumable dan durable medical instrument untuk kategori electromedical.
Sedangkan mitra kerjasama dari Korea ada lima perusahaan durable medical equipment dan 5 perusahaan produsen consumable/disposable produk baik secara langsung maupun melalui asosiasi Korea Medical Device Assoisiation (KMD).
Adapun Herry bilang, sampai hari ini fokus kerjasama dengan produsen alat kesehatan sebagai bagian rencana jangka panjang untuk mengembangkan produk maupun produksi alat kesehatan.
"Selain laba yang ditargetkan Rp 8,9 miliar, Indofarma juga menargetkan pendapatan di 2020 nanti sebesar Rp 1,97 triliun," pungkas Herry.
Komentar
Posting Komentar