Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten milik Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), melalui entitas anaknya, PT Indo Raya Tenaga (IRT), melakukan akuisisi lahan seluas total 62 hektare di Kelurahan Lebak Gede, Cilegon, Banten, dengan penilaian wajar nilai akuisisi mencapai Rp 1,13 triliun.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BRPT mengungkapkan lahan tersebut akan dipergunakan IRT untuk pembangunan PLTU Jawa 9 dan 10 (Suralaya) sehingga diperlukan lahan yang cukup luas dan lokasi yang memenuhi kriteria tertentu. Lahan tersebut akan dibeli dari PT Barito Wahana Lestari (BWT).
"Pada tanggal 27 Desember 2019, BWL (selaku penjual) dan IRT (selaku pembeli) telah menandatangani PPJB Lunas. BWL telah setuju untuk menjual kepada IRT, beberapa bidang tanah yang seluruhnya berlokasi di Kecamatan Pulo Merak, Lebak Gede, Kota Cilegon, Provinsi Banten, dengan total luas keseluruhan sebesar 62 Ha," tulis manajemen BRPT, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (2/1/2020).
"Obyek Transaksi Afiliasi adalah Tanah milik BWL. Tanah tersebut akan dipergunakan oleh IRT sebagai bagian dari lokasi pembangunan PLTU Jawa 9 & 10."
Transaksi ini merupakan transaksi afiliasi karena ada hubungan antara Barito, BWL dan IRT. Selain dari susunan pemegang saham yang sama, transaksi disebut transaksi afiliasi karena kesamaan pengurus perusahaan.
Kesamaan itu yakni Prajogo Pangestu menjabat sebagai Komisaris Utama BRPT dan IRT, Andry Setiawan menjabat sebagai Direktur BRPT dan IRT, Direktur Utama BWL, juga Komisaris PT Barito Wahana Tenaga (BWT). Selain itu Peter Wijaya menjabat sebagai Direktur BWL dan IRT, juga menjabat sebagai Direktur Utama BWT.
Saham BWL dimiliki mayoritas oleh BRPT 99%, sementara saham IRT dipegang oleh PT Putra Indo Tenaga 51% dan BWL 49%.
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya Unit 9 dan 10 akan dibangun mulai tahun ini. Sebelumnya Direktur Operasi IRT (anak usaha PT Indonesia Power), Yudianto Permono, mengatakan akan memulai konstruksi PLTU Suralaya Unit 9 dan 10 pada tahun ini.
Total investasi pengembangan dua unit tersebut menelan biaya US$ 3,5 miliar atau Rp 49 triliun (kurs Rp 14.000). Kedua unit ini dimiliki oleh PT Indonesia Power lewat IRT dengan porsi 51% dan sisanya 49% merupakan milik BRPT.
"Struktur pembiayaan Korea hampir 50 persen oleh K-sure dan Exim Bank," katanya di kantor Administrasi PLTU Suralaya, Cilegon, Banten (24/9/2019).
Komentar
Posting Komentar