google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham UNTR | Penjualan alat berat lesu, Apa yang Terjadi pada United Tractor? Langsung ke konten utama

Saham UNTR | Penjualan alat berat lesu, Apa yang Terjadi pada United Tractor?


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara dunia yang melemah turut menjegal kinerja beberapa emiten alat berat, salah satunya adalah PT United Tractors Tbk (UNTR). Penjualan alat berat emiten penghuni Indeks Kompas100 ini tercatat turun pada kuartal III 2019.

Hingga 30 September 2019, UNTR hanya berhasil menjual alat berat Komatsu sebanyak 2.568 unit. Realisasi ini turun 30% jika dibandingkan penjualan alat berat Komatsu pada periode yang sama tahun 2018 sebanyak 3.681 unit.

Dari total penjualan alat berat tersebut, sebanyak 43% dialokasikan ke sektor pertambangan, 29% ke sektor konstruksi, 15% ke sektor kehutanan, dan sisanya 13% ke sektor perkebunan.

Selain penjualan alat berat, penurunan juga terjadi pada produk merek lainnya yaitu UD Trucks yang turun dari 624 unit menjadi 387 unit pada kuartal III 2019. Tidak sampai di situ, penjualan produk Scania juga turun menjadi 382 unit. Padahal, UNTR berhasil menjual 683 unit Scania pada kuartal III 2018.

Manajemen UNTR mengklaim, penurunan penjualan UD Trucks dan Scania tidak bisa terlepas dari pengaruh penurunan harga batubara. Kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan.

Secara keseluruhan pendapatan UNTR pada lini bisnis mesin konstruksi menurun menjadi sebesar Rp 18,2 triliun atau 27,7% terhadap total pendapatan konsolidasian UNTR. Realisasi ini turun 15% dari Rp 21,3 triliun pada periode yang sama tahun 2018.

Meski demikian, pendapatan konsolidasian UNTR masih menunjukkan pertumbuhan positif. Per kuartal III 2019, pendapatan bersih konsolidasi UNTR mencapai Rp 65,6 triliun atau meningkat sebesar 7,3% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.

Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan, penurunan penjualan ini sudah diprediksi oleh manajemen UNTR. "Penurunan ini memang sudah diantisipasi karena adanya penurunan harga komoditas seperti batubara, CPO, dan lain-lain," ujar Sara kepada Kontan.co.id.

Meskipun demikian, Sara mengatakan saat ini pihaknya masih melihat dan memantau kondisi dinamika pasar. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan untuk memutuskan apakah akan revisi target penjualan atau tidak.

Lebih lanjut, Sara mengatakan UNTR tetap mengandalkan kontribusi dari penjualan selain alat berat, salah satunya adalah penjualan product support, seperti penjualan suku cadang dan maintenance service. Sebab, Sara mengatakan kinerja dari penjualan product support ini cukup stabil.

"Yang ini kinerjanya tetap stabil walaupun tentu tidak sepenuhnya dapat mengkompensasi penurunan penjualan alat berat," lanjut Sara.

Untuk diketahui, pada tahun ini UNTR menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 700 juta. Hingga September 2019, serapan  capex UNTR sudah mencapai US$ 496 juta.

Sara mengatakan, sekitar 90% dari serapan capex ini digunakan untuk keperluan bisnis kontraktor penambangan dan tambang milik UNTR seperti untuk penggantian alat berat maupun pemeliharaan (maintenance) fasilitas tambang.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...