IQPlus, (22/11) - Emiten alat berat, PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang merupakan anak usaha PT PP (Persero) ini mematok pertumbuhan kontrak baru pada 2020 mendatang sebesar 20 hingga 30 persen secara tahunan.
Direktur Keuangan PP Presisi, Benny Pidakso mengungkapkan bahwa, kontrak tersebut akan disumbang paling banyak di sektor konstruksi atau civil work akan paling banyak berkontribusi terhadap kontrak kerja.
"Kami akan masuk ke sektor penambangan nikel sebagai kontraktor nikel, smelter, dan infrastruktur pertambangan. Tambang nikel cocok dengan perusahaan karena kapasitas kecil, tidak besar seperti batu bara," kata dia di Jakarta, Kamis.
Nantinya, posisi perseroan dalam proyek Nikel ada di bawah PTPP sebagai main contractor. PP Presisi sebagai sub contractor tugasnya mengejarkan proyek infrastruktur, pembangunan jalan, fondasi dan lainnya.
Benny mengatakan, potensi di tambang nikel masih sangat positif yang didukung oleh kesepakatan antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian (AP3I) menyetujui harga nikel lokal dipatok di USD 30 per metrik ton.
"Harga tersebut sudah sangat bagus untuk Nikel terutama yang dijual ke smelter lokal," ucapnya.
Pihaknya pun mengakui, telah kantongi proyek berjalan di sektor ini yakni di Kolaka, selain itu juga ada yang dalam proses pitching di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Namun, pihkanya masih enggan menyebutkan dengan siapa proyek ini dijalankan.
Dengan adanya pertumbuhan kontrak tersebut, perseroan akan mematok pertumbuhan pendapatan dan laba dengan angka yang sama. .Kemungkinan besar di 2020 pendapatan dan laba bisa tumbuh 20 persen-30 persen yoy,. sebut Benny.
Sementara tahun ini, perseroan akan menargetkan sebesar Rp 5,8 triliun atau tumbuh 12 persen dibandingkan tahun lalu. Hingga triwulan III 2019, raihan kontrak baru mencapai Rp 2,9 miliar. Meskipun masih tersisa Rp 3 triliun, PP Presisi optimisitis mampu merealisasikan target tersebut. (end/fu)
Komentar
Posting Komentar