Analisa Fundamental
AALI mencatatkan pendapatan 3Q19 sebesar Rp3,9 triliun (-10,1% QoQ; -58,0% YoY), sehingga membawa pendapatan di 9M19 tercatat sebesar Rp12,4 triliun (-10,0% YoY) inline dengan estimasi (PANS: 42,3%; Cons: 45,1%, rata-rata 5 tahun: 71,5%). Penurunan ini disebabkan oleh penurunan dari harga jual CPO seiring dengan penurunan harga komoditas CPO global sementara volume penjualan CPO tercatat meningkat pada 9M19 menjadi 1,3 juta ton (+16,8% YoY). Laba bersih AALI pada 3Q19 tercatat sebesar Rp67 miliar (+857,1% QoQ; -90,4% YoY) membawa laba bersih pada 9M19 menjadi Rp111 miliar (-90,1% YoY) dibawah estimasi (PANS: 17,3%; Cons: 19,6%, rata-rata 5 tahun: 55,7%). Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari: (1) tekanan dari gross margin (2) kenaikan biaya pendanaan menjadi Rp252 miliar (+50,0% YoY) seiring dengan meningkatnya net gearing ratio ke level 0,29x (9M18: 0,23X) serta (3) kerugian selisih kurs menjadi Rp25 miliar (9M18: keuntungan selisih kurs Rp103 miliar). Kami menaikan proyeksi untuk rerata harga global CPO pada 2020F di level MYR2.450 (+16%) sehingga laba bersih pada 2020 kami revisi naik ke Rp988 miliar (+41,7%). Berdasarkan kombinasi dari rata-rata PB 5 tahun terakhir (implied PB 1,6x di 2020) dan 20% implied PB premium to peers (implied PB 1,1x di 2020) kami menaikkan target harga ke Rp 13.700 (implied PB 1,3x di 2020) dari target harga sebelumnya di Rp9.500, didorong oleh: (1) potensi kenaikan harga CPO global didorong oleh kenaikan permintaan dan penurunan produksi CPO Indonesia yang menyebabkan penurunan persediaan CPO global (2) lahan terbesar dibandingkan dengan peers, serta (3) FFB yield terbesar diantara peers.
Pendapatan inline dengan estimasi. AALI mencatatkan pendapatan 3Q19 sebesar Rp3,9 triliun (-10,1% QoQ; -58,0% YoY), sehingga membawa pendapatan di 9M19 tercatat sebesar Rp12,4 triliun (-10,0% YoY) inline dengan estimasi (PANS: 42,3%; Cons: 45,1%, rata-rata 5 tahun: 71,5%). Penurunan ini disebabkan oleh penurunan dari harga jual CPO seiring dengan penurunan harga komoditas CPO global. Sementara, volume penjualan CPO tercatat meningkat pada 9M19 menjadi 1,3 juta ton (+16,8% YoY).
Produksi mengalami penurunan. Berkebalikan dengan peningkatan volume penjualan, volume produksi tercatat mengalami penurunan di 9M19, dengan volume produksi FFB dan CPO turun menjadi 3,8 juta ton (-11,9% YoY) dan 1,3 juta ton (-12,2% YoY) secara berurutan. Penurunan ini disebabkan oleh: (1) cuaca kemarau yang berkepanjangan serta (2) aktivitas replanting sebesar 5.899 ha (+165,5% YoY).
Laba bersih dibawah estimasi. Laba bersih AALI pada 3Q19 tercatat sebesar Rp 67 miliar (+857,1% QoQ; -90,4% YoY), membawa laba bersih pada 9M19 menjadi Rp111 miliar (-90,1% YoY) dibawah estimasi (PANS: 17,3%; Cons: 19,6%, rata-rata 5 tahun: 55,7%). Hal ini disebabkan oleh: (1) tekanan dari gross margin (2) kenaikan biaya pendanaan menjadi Rp 252 miliar (+50,0% YoY) seiring dengan meningkatnya net gearing ke level 0,29x (9M18: 0,23X) serta (3) kerugian selisih kurs menjadi 25 miliar (9M18 keuntungan selisih kurs: Rp103 miliar).
Harga jual diekspektasikan meningkat di 4Q19. Selama 9M19, harga rata-rata CPO global tercatat sebesar MYR2.050/ton (-7,8% YoY). Penurunan terjadi disebabkan dari oversupply yang masih terjadi. Namun, kami melihat adanya potensi peningkatan ASP AALI di 4Q19 tercermin dari rerata harga CPO global yang sekarang mencatatkan rerata harga di atas rerata harga 9M19.
Menaikkan estimasi laba di 2020. Hal ini didorong oleh (1) kenaikan permintaan CPO global dari peningkatan program B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia serta (2) potensi penurunan produksi di Indonesia disebabkan oleh kebakaran hutan dan pengurangan penggunaan pupuk yang disebakan oleh murahnya harga jual CPO, dimana hal ini akan berdampak pada penurunan persediaan global. Berdasarkan hal ini, kami menaikan proyeksi untuk rerata harga global CPO pada 2020F di level MYR2.450 (+16%) sehingga laba bersih pada 2020 kami revisi naik ke Rp988 miliar (+41,7%)
Rekomendasi:
Merekomendasikan BUY, menaikan target harga ke Rp13.700. Berdasarkan kombinasi dari rata-rata PB 5 tahun terakhir (implied PB 1,6x di 2020) dan 20% implied PB premium to peers (implied PB 1,1x di 2020) kami menaikkan target harga ke Rp13.700 (implied PB 1,3x di 2020) dari target harga sebelumnya di Rp9.500. Hal ini didorong oleh: (1) potensi kenaikan harga CPO global didorong oleh kenaikan permintaan dan penurunan produksi CPO Indonesia yang menyebabkan penurunan persediaan CPO global (2) lahan terbesar dibandingkan dengan peers; (3) FFB yield terbesar diantara peers.
Best Regards,
Panin Sekuritas
Komentar
Posting Komentar