Direktur Utama ZINC Harjanto Widjaja mengatakan, mayoritas produksi ore milik ZINC adalah seng sekitar 70%. Adapun 30% sisanya merupakan timbal. Selain itu, terdapat zat perak dengan komposisi yang kecil sebagai materi bawaan dari timbal yang diproduksi perusahaan.
Ia optimis produksi ore ZINC akan terus meningkat di sisa tahun ini, sehingga target sebesar 450.000 ton dapat terealisasi. Di tahun-tahun berikutnya, ZINC juga terus meningkatkan target produksi ore. Bahkan, di tahun 2023 mendatang, produksi ore perusahaan ditargetkan dapat mencapai 929.000 ton.
“Potensi produksi ore yang dihasilkan makin meningkat seiring optimalisasi smelter timbal dan seng yang sedang kami bangun,” ungkap Harjanto ketika ditemui Kontan, Jumat (18/10).
Asal tahu saja, ZINC tengah berupaya merampungkan proyek smelter pemurnian timbal di kuartal IV 2019. Adapun smelter seng yang dibangun perusahaan saat ini perkembangannya telah mencapai 58% dan diharapkan beroperasi pada 2022 mendatang.
Produksi timbal dan seng milik ZINC seluruhnya akan dijual di pasar ekspor. Sejauh ini, China menjadi satu-satunya negara tujuan ekspor produk milik perusahaan.
Direktur Keuangan ZINC Hendra William menyampaikan, pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan calon pelanggan baru dari negara lain. Hal ini dilakukan agar ke depan ketergantungan terhadap pasar China bisa berkurang.
Wajar saja, pihak ZINC perlu mewaspadai dampak perang dagang yang melibatkan China di dalamnya. “Perang dagang bisa mempengaruhi perusahaan manufaktur China. Kalau kinerja mereka turun, ini bisa berdampak ke bisnis kami,” terang dia, hari ini.
Sumber: https://industri.kontan.co.id/news/hingga-september-produksi-ore-zinc-mencapai-327000-ton
Komentar
Posting Komentar