Direktur Utama KAEF Verdi Budidarmo menjelaskan, sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), KAEF akan melengkapi ekosistem healthcare setelah holding dibentuk. "KAEF juga terus melakukan pengembangan bisnis, baik secara organik maupun anorganik," jelas dia, Senin (23/9).
Setelah holding terbentuk, KAEF akan memperkuat rantai bisnis dari hulu ke hilir. KAEF berniat mengakuisisi rumahsakit. Di jangka menengah, KAEF juga akan melakukan pengembangan bisnis hulu, yaitu perluasan produk dan fasilitas active pharmaceutical ingredient (API) raw material untuk obat.
Lini manufaktur ini akan melengkapi bisnis klinik kesehatan, apotek ritel farmasi dan laboratorium klinik KAEF. Dengan ini, KAEF menargetkan kinerja mampu tumbuh double digit.
Melansir laporan keuangandi semester I-2019, KAEF membukuan pertumbuhan pendapatan 18,77% year on year (yoy) menjadi Rp 4,52 triliun. Penjualan obat generik memberi kontribusi terbesar, yakni Rp 718,92 miliar.
Tak ketinggalan, Phapros juga melihat peluang besar untuk memperkuat lini manufaktur. Sekretaris Perusahaan PEHA Zahmila Akbar menjelaskan, mayoritas penjualan PEHA disumbang bisnis manufaktur, yakni obat generik.
Penjualan obat generik menguasai 52% penjualan dari keseluruhan total omzet PEHA, jelas dia. Mila yakin, dampak sinergi holding bisa dirasakan secepatnya.
Pasca holding terbentuk, Mila menyebut, target PEHA adalah bisa menjaga pertumbuhan double digit. Di tahun ini, PEHA menargetkan kinerja bisa tumbuh 20%–30%.
Sekadar mengingatkan, dalam holding BUMN Farmasi nanti, PT Bio Farma (Persero) akan menjadi induk. Dengan holding ini, saham KAEF dan Indofarma (INAF) yang dipegang pemerintah akan dialihkan ke Bio Farma.
Komentar
Posting Komentar