KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menempuh segala cara demi memenuhi target pertumbuhan kinerja pada tahun ini.
Salah satu strateginya adalah menerapkan efisiensi produksi.
Tahun ini, manajemen Indo Tambangraya berharap bisa menurunkan rata-rata nisbah kupasan atau stripping ratio menjadi 11,4 bank cubic meter (bcm) per ton.
Asal tahu, nisbah kupasan merupakan perbandingan antara jumlah tanah lapisan penutup yang harus dikeduk untuk menghasilkan setiap ton batubara.
Mengacu materi paparan publik Indo Tambangraya pada Agustus 2019, tren nisbah kupasan tahun ini melandai.
Nisbah kupasan selama triwulan pertama 13,1 bcm per ton sedangkan pada triwulan kedua sudah turun menjadi 11,6 bcm per ton.
Masih dari sumber yang sama, Indo Tambangraya juga ingin menciutkan biaya bisnis batubara menjadi US$ 59 per ton.
Perusahaan tersebut mencatat, biaya bisnis batubara kuartal pertama US$ 61/ton sedangkan pada kuartal kedua US$ 60/ton.
Untuk itu, ITMG menerapkan transformasi digital agar efektivitas operasional dan optimalisasi sumber daya tumbuh.
"Kami juga meningkatkan sistem perawatan fasilitas-fasilitas strategis seperti Pelabuhan Bontang, Pelabuhan Bunyut serta fasilitas pengolahan dan pengelolaan atau crushing and stock piling," ungkap A.H. Bramantya Putra, Wakil Direktur Utama PT Indo Tambangraya Megah Tbk kepada KONTAN, Kamis (12/9).
Pengembangan aneka fasilitas strategis berjalan di area tambang Kalimantan Timur maupun Kalimantan Tengah.
Untuk lokasi tambang anak usaha bernama PT Bharinto Ekatama di Kalimantan Timur, Indo Tambangraya membangun jalan sepanjang 100 kilometer (km).
Pengembangan jalan untuk mengakomodasi beban truk pengangkut yang lebih besar.
Sementara pengembangan Pelabuhan Bunyut di Kutai Barat, Kalimantan Timur merupakan upaya penguatan infrastruktur tambang dari anak usaha bernama PT Trubaindo Coal Mining.
Indo Tambangraya berharap, fasilitas tersebut bisa mendukung peningkatan produksi batubara dari Grup Melak.
Penyerapan capex
Indo Tambangraya juga ingin menjaga tingkat produksi tambang dari anak usaha yang lain, yaitu PT Jorong Barutama Greston di Kalimantan Selatan.
"Kami jaga tingkat produksi kurang lebih sama dengan tahun-tahun sebelumnya dengan menjaga kinerja kontraktor dan meningkatkan keandalan fasilitas yang ada," kata Bramantya.
Informasi saja, sepanjang tahun ini Indo Tambangraya menargetkan produsi 1,7 juta ton batubara dari Jorong.
Sementara target produksi batubara Trubaindo dan Bharinto masing-masing sebesar 4,9 juta ton dan 3,1 juta ton.
Seluruh agenda pengembangan infrastruktur tahun ini memanfaatkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun 2019 sebesar US$ 121,9 juta.
Dari Januari-Juni, Indo Tambangraya sudah membelanjakan US$ 25 juta untuk membiayai perluasan pelabuhan, peralatan dan perlengkapan mesin.
Hingga akhir tahun 2019 nanti, Indo Tambangraya menargetkan penjualan 26,5 juta ton batubara.
Selama semester pertama, mereka sudah menjual 12,3 juta ton batubara. Sekitar 13% terserap oleh pasar dalam negeri.
Indo Tambangraya mengaku tak lupa memenuhi ketentuan pasokan batubara domestik atau domestic market obligation (DMO) 25%.
Perusahaan tersebut memenuhinya dengan cara menjual langsung dan melakukan transfer kuota DMO.
Komentar
Posting Komentar