KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan permintaan minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) di awal bulan ini membuat harga komoditas unggulan Indonesia ini turun.
Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman November 2019 di Malaysia Derivatives Exchange melemah 0,82% menjadi RM 2.188 per metrik ton.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengungkapkan, secara fundamental harga CPO memang masih akan berada dalam tekanan hingga akhir tahun.
"Prospek CPO tahun ini masih seperti tahun sebelumnya, masih lemah," ungkap dia, Kamis (12/9). Pelemahan harga disebabkan sentimen pelambatan ekonomi global, yang membuat permintaan CPO lesu.
Penurunan permintaan terlihat jelas dari ekspor Malaysia periode 1–10 September 2019. Berdasarkan data surveyor kargo SGS Malaysia, ekspor CPO di Malaysia pada periode tersebut turun 29,02% dibanding bulan sebelumnya menjadi 337.570 ton. Di periode 1–10 AGustus 2019 lalu, total ekspor CPO Malaysia sebanyak 475.560 ton.
Penurunan terbesar terjadi pada permintaan asal India yang anjlok 79,7% dari 137.710 ton menjadi 28.000 ton saja. Penurunan permintaan minyak sawit mentah juga terjadi di China.
Negeri Tirai Bambu tersebut hanya mengimpor CPO dari Malaysia sebesar 67.280 ton di periode tersebut. Padahal sepanjang 1–10 Agustus, impor CPO China dari Malaysia menyentuh 99.000 ton.
Nasib CPO semakin suram jika China membatalkan pengenaan bea masuk pada komoditas pertanian asal Amerika Serikat (AS) seperti minyak kedelai. Mengingat, minyak kedelai merupakan barang substitusi bagi CPO dan dinilai lebih ramah lingkungan.
Selain itu, tahun ini tidak terjadi kekeringan ataupun gagal panen akibat badai dan masalah cuaca lainnya. Kondisi ini memperberat tekanan pada harga CPO. "Musim ini sangat friendly untuk produksi CPO," tambah Wahyu.
Dengan begitu, Wahyu memperkirakan pergerakan harga minyak sawit mentah sulit menembus RM 2.200 per metrik ton. "Sekarang harga semakin jatuh di area RM 2.100–RM 2.300 per metrik ton," kata dia.
Komentar
Posting Komentar