Berdasarkan laporan keuangan hingga semester I-2019, pendapatan Mayora naik 11,5% secara tahunan ke Rp 12,1 triliun.
Laba bersih Mayora juga tercatat naik 9,7% secara tahunan ke Rp 807 miliar.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, penjualan produk Mayora terdongkrak event Pemilu dan Lebaran yang jatuh di semester pertama lalu.
Terlihat di kuartal II-2019, rasio marjin laba bersih atau net profit margin (NPM) meningkat jadi 5,64% jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 4,95%.
Menurut Wilbert, Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas, margin laba kotor Mayora yang tumbuh 30% juga didukung oleh penurunan harga komoditas, seperti kopi.
Sementara, Mayora juga tetap mendorong dana alokasi iklan dan promosi hingga 29% untuk memenangkan persaingan. Pesaing kopi Mayora marak muncul dari domestik dan luar negeri, seperti Filipina.
Mayora genjot ekspor
Sukarno memproyeksikan kinerja MYOR ke depan juga akan ditopang ekspor.
Terbaru, Mayora sudah mendapatkan kontrak penjualan dengan Rusia senilai US$ 2,5 juta.
Helen, Analis Megacapital Sekuritas mengatakan, produk MYOR selama ini terbilang laris di pasar domestik tetapi juga sukses terjual ke pasar internasional.
"Merek Torabika, Kopiko, Beng-Beng, dan Danisa tidak hanya masuk ke pasar internasional tetapi menjadi market leader di beberapa negara," kata Helen dalam riset 26 Juli 2019.
Kontribusi ekspor pada penjualan juga meningkat dari 20% di 2009 menjadi 46% di 2018.
Tantangan Mayora ke depan, menurut Sukarno, adalah harga bahan baku dan munculnya pesaing baru.
Dia memperkirakan, pendapatan Mayora bisa tumbuh 10%-12% tahun ini, serta laba naik 16%-18%.
Itu sebabnya dia merekomendasikan buy MYOR dengan target harga Rp 3.000 per saham hingga akhir tahun.
Senada, Wilbert dan Helen kompak merekomendasikan beli MYOR dengan target harga Rp 2.800 per saham.
Komentar
Posting Komentar