KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) ekspansif mengembangkan kapasitas dan melakukan inovasi. Sampai akhir Juni, perusahaan ini sudah menyerap belanja modal Rp 912 miliar, dari total capex tahun ini sebesar Rp 1,5 triliun plus Rp 500 miliar untuk transformasi digital.
Kebanyakan belanja modal terserap untuk kebutuhan pembangunan pabrik. Terutama untuk pabrik di Myanmar, pabrik Bintang Toedjoe, Saka Farma dan gudang PT Enseval Puitera Megatrading Tbk, jelas Bernandus Karmin Winata, Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan KLBF, Selasa (20/8).
KLBF menargetkan pabrik Mixagrip di Myanmar dapat beroperasi secara komersial di 2022. Investasi pabrik Mixagrip di Myanmar mencapai Rp 250-Rp 300 miliar. Nantinya, produk dari pabrik baru di Myanmar bisa didistribusikan ke kawasan Asean lain, bahkan bisa ke Afrika.
Tambahan informasi, pada semester satu lalu, KLBF membukukan penurunan penjualan ke luar negeri. Ekspor turun 1,82% jadi Rp 565,7 miliar. Nantinya, jika pabrik Myanmar beroperasi komersial, KLBF berharap porsi ekspor meningkat dari 5% terhadap pendapatan konsolidasi jadi 10% dalam lima tahun ke depan.
KLBF juga memperkuat produk bio-farmasi yang juga ditargetkan bisa mulai dipasarkan dalam dua-tiga tahun ke depan. Hasilnya akan dipasarkan ke Asean, Timur Tengah, Taiwan, dan Australia.
KLBF juga meningkatkan kerjasama dengan negara lain untuk transfer teknologi dan manufaktur. Kerjasama ini dapat mengurangi impor bahan baku dan mendukung program Kemandirian Industri Farmasi dan Alat Kesehatan 2025.
Penopang JKN
Di pertengahan tahun ini, KLBF mencatat kenaikan liabilitas 23,3% dibanding setahun sebelumnya menjadi Rp 3,51 triliun. Utang bank jangka panjang tercatat naik signifikan dari sebelumnya Rp 32,11 miliar di semester I-2018 jadi Rp 573,47 miliar.
Bernandus menjelaskan, pinjaman itu untuk dua anak perusahaan yang menambah kapasitas mesin dan modal kerja. Pinjaman ini juga berhubungan dengan anak-anak usaha yang bergerak di obat-obatan penyokong program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Program JKN bak pedang bermata dua untuk Kalbe. Kendati permintaan terus naik, pembayaran tak tepat waktu bisa mengganggu cash flow Kalbe.
Tapi, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai prospek KLBF positif karena gesit ekspansi, baik ke dalam maupun luar negeri. Prospek kian cerah jika pabrik di Myanmar sudah beroperasi. Tapi valuasi saham ini sudah cukup mahal.
Sedangkan Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, menilai positif diversifikasi KLBF ke sektor consumer goods. Pembayaran obat JKN tak tepat waktu bisa menurunkan cash flow KLBF.
Komentar
Posting Komentar