Dengan penerapan aturan ini, siapapun yang membeli ponsel di pasar gelap atawa ponsel ilegal tidak akan bisa memasangkan sim card yang dikeluarkan oleh penyedia layanan seluler di Indonesia. Jadi, mau tak mau, konsumen harus membeli ponsel melalui distributor resmi.
Sentimen ini membuat harga saham peritel ponsel meroket. Sekadar info, aturan IMEI ponsel ini akan berlaku penuh pada Februari 2020.
Saham PT Global Teleshop Tbk (GLOB) menikmati kenaikan tertinggi, yaitu sampai 42% dalam sebulan terakhir. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang lebih dari seperlima pendapatannya berasal dari penjualan ponsel dan aksesoris Samsung, mencatatkan kenaikan harga saham 9% untuk periode yang sama.
Sedangkan saham TRIO, pemilik gerai Oke Shop, disuspen sejak pertengahan Juli lalu.
Peritel ponsel sendiri masih menunggu kejelasan aturan IMEI tersebut dan dampak penerapannya.
"Dengan pemberlakuan aturan IMEI, akan ada kepastian iklim usaha bagi perusahaan yang menaati ketetapan pemerintah tersebut," kata Director of Marketing and Communications ERAA Djatmiko Wardoyo.
Dia mendukung aturan ini karena memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam bentuk garansi resmi ponsel dari prinsipal. Pendapatan pemerintah juga bisa lebih tinggi.
Tapi memang tidak semua emiten peritel ponsel akan merasakan dampak signifikan. Direktur Utama Tiphone Mobile Indonesia Lily Salim menuturkan, TELE hanya fokus menjual merek Samsung.
Menurut dia, harga ponsel asal Korea Selatan tersebut sudah sangat bersaing di pasar. Alhasil, pasar gelap tidak terlalu jadi masalah
Diterjang e-commerce
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximillianus Nico Demus menyatakan, emiten sektor perdagangan, jasa dan investasi seperti ERAA dan TELE memang babak belur karena kehadiran barang-barang ilegal. Tetapi, saat ini, emiten-emiten itu juga tertekan oleh kehadiran e-commerce.
Memang, Erajaya punya erafone.com. "Tapi selama harganya sama seperti di mal atau gerai lain dan lebih mahal dari e-commerce, pasti kalah," ujar Nico, Selasa (13/8).
Analis Panin Sekuritas William Hartanto hanya merekomendasikan beli ERAA dan TELE untuk jangka pendek. Pemberlakuan aturan IMEI jadi sentimen positif, sehingga kedua saham dapat menguat.
Untuk jangka panjang, investor direkomendasikan melihat kinerja keuangan emiten. "Jangka panjang perlu menunggu hasil kinerja emiten karena menjadi pembuktian apakah aturan IMEI efektif atau tidak," kata William.
William menargetkan harga ERAA mencapai Rp 2.500 per saham. Sedang untuk TELE target harga di level Rp 380–Rp 400 per saham. Sementara, Nico merekomendasikan buy ERAA dengan target harga Rp 2.100–Rp 2.200.
Komentar
Posting Komentar