Tips dalam Analisis Saham Secara Fundamental
Menetapkan Time-frame
Menurut Benjamin Graham, dalam jangka pendek, pasar merupakan mesin voting sedangkan dalam jangka panjang, pasar merupakan timbangan.
Maksudnya, jika Anda menggunakan analisa ini untuk jangka pendek, maka pengaruh yang dimiliki adalah minor sedangkan emosi atau sentimen pasar memiliki pengaruh lebih besar ketimbang fundamental perusahaan itu.
Jadi, investor perlu untuk menetapkan time-frame dulu. Analisis fundamental bisa digunakan untuk investasi jangka panjang atau lebih dari 1 tahun.
Waspada dengan PER Murah
PER merupakan rasio analisis fundamental dimana PER dipakai untuk bisa menentukan harga saham mahal atau murah. Sayangnya, pemula banyak yang hanya melihat atau menggunakan PER sebagai landasan untuk membeli saham.
Ingat, PER memang menyatakan saham tersebut murah atau mahal tapi tidak menyatakan tentang kualitas.
Jadi, membeli saham dengan melihat PER murah memanglah bukan kesalahan namun investor harus tetap melihat kualitas dan prospek saham yang memiliki PER murah itu.
Menggunakan Asumsi Proyeksi Moderat
Faktanya, tak seorang pun yang mampu menebak apa yang terjadi di masa depan. Analisis fundamental itu layaknya Anda menebak masa depan yang diperkuat dengan data.
Oleh sebab itu, dalam membaca analisis fundamental, menggunakan asumsi seperti asumsi pertumbuhan, resiko dan inflasi bisa dijadikan cara tersendiri.
Lebih baik tidak menggunakan proyeksi pertumbuhan dengan angka terlalu tinggi. Maka, gunakan asumsi proyeksi moderat.
Memperhatikan Situasi dan Kondisi Sektor
Dalam membaca analisis fundamental, Anda juga harus paham tentang situasi dan kondisi sektor. Walau suatu perusahaan memiliki laba yang cenderung naik, bisa saja nilai saham turun.
Hal ini dikarenakan sektor yang dijual perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan harga.
Contoh, saham perusahaan A yang menjual ikan bisa saja turun walau nilai laba perusahaan dalam menjual ikan naik. Hal ini dikarenakan harga ikan yang cenderung turun terus-menerus.
Memperhatikan Model Bisnis Emiten
Walau di dalam sektor yang sama, emiten satu dengan yang lain bisa saja memiliki keunikan tersendiri masing-masing.
Oleh sebab itu, setiap investor dalam membaca analisis fundamental disarankan untuk memperhatikan model bisnis emiten.
Cut Loss Fleksibel
Ketika Anda membaca analisis fundamental, bukan berarti tentang tinggal membeli satu saham kemudian menunggu naik.
Terkadang, tindakan cut loss juga perlu untuk diambil. Yakni, ketika terjadi perubahan situasi pada kondisi bisnis perusahaan.
Perhatikan Perusahaan Berdasarkan Karakternya
Dalam membaca analisis fundamental, Anda akan menggunakan data di masa lalu. Oleh sebab itu, Anda harus memperhatikan ada tipe perusahaan yang susah ditebak yakni perusahaan yang bergerak di bidang;
- Komoditas
- Teknologi
- Manajemen
Terus Belajar Membaca
Semakin Anda mempelajari dunia saham, maka semakin Anda akan mengerti bahwa ada banyak hal yang belum Anda ketahui.
Teknik analisis fundamental ini hanya salah satu contoh saja. Anda bisa membaca analisis fundamental dengan berbagai point penting di atas sehingga bisa menentukan membeli atau menjual saham di waktu yang tepat dengan harga yang tepat serta dengan harapan yang tepat di masa depan.
6 Cara Memilih Saham Berdasarkan Data Fundamental Saham
Dari analisis yang dilakukan dengan analisis fundamental, yang perlu diperhatikan adalah acuan untuk menentukan baik atau jeleknya saham. Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang bisa digunakan sebagai acuan,
- Memiliki kapitalisasi pasar >Rp500 miliar.
- Emiten yang memiliki model bisnis yang jelas dan baik.
- Perusahaan konsisten dalam meningkatkan laba/saham dari kuartal ke kuartal.
- Perusahaan tidak memiliki utang yang lebih besar dari Debt Equity Ratio (DER).
- Saham menjadi market leader.
- Price Earning Ratio (PER) rata-rata tidak jauh berbeda.
5 Rasio Analisis Fundamental Saham
1.EPS (Earning Per Share)
Rasio ini sangat penting untuk diperhatikan karena memberikan informasi tentang laba bersih yang diperoleh per lembar sahamnya.EPS didapatkan dengan rumus:
Earn Per Share = (Laba bersih – Pajak – Dividen)/ Jumlah saham beredar
Biasanya EPS yang tinggi menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba yang besar sehingga mencerminkan kesehatan perusahaan yang baik.
Namun EPS yang tinggi tidak selalu menunjukan laba perusahaan yang besar namun bisa juga dipengaruhi oleh jumlah saham beredar yang sedikit.
Oleh karena itu sebaiknya EPS tetap dipadukan dengan rasio analisis fundamental lainnya dalam menentukan keputusan untuk membeli sebuah saham.
INTI :
EPS ⇑ : Perusahaan memiliki laba yang lebih besar (BAIK)
EPS ⇓ : Laba perusahaan biasanya tidak terlalu besar (KURANG BAIK)
2. PER (Price Earning Ratio)
PER merupakan turunan dari EPS. PER menunjukan perbandingan harga saham sekarang dengan laba bersih perusahaan per lembar sahamnya (EPS)Jadi rumus dari PER adalah:
PER = Harga Saham Terakhir / EPS
PER sering menjadi dasar acuan seorang investor untuk membeli sebuah saham. Rasio ini menjadi sangat penting karena memberikan informasi terkait nilai wajar suatu perusahaan.
PER yang rendah sering menarik para value investor untuk membelinya karena PER yang rendah menunjukan laba yang tinggi bila dibandingkan dengan harga sahamnya. Saham dengan PER rendah sering diprediksi untuk mengalami kenaikan harga hingga berada di daerah wajarnya.
Sebaliknya, PER yang sudah cukup tinggi menunjukan bahwa harga suatu saham sudah bisa disebut mahal. Sehingga kurang menarik bagi value investor.
Kapan PER suatu perusahaan disebut tinggi dan rendah ?
Untuk menentukan PER suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara membandingkan PER perusahaan tersebut dengan PER perusahaan sejenisnya. Melalui proses perbandingan ini anda dapat melihat perusahaan mana yang memimpin di bidang tersebut.
Jadi PER juga bisa memperlihatkan siapa pemimpin pasar pada suatu sektor. Investor yang pintar akan menghindari berinvestasi pada suatu perusahaan yang PER nya sudah cukup tinggi kecuali ada pertimbangan lain.
INTI:
PER ⇑ :Menunjukan Harga Saham sudah tergolong mahal dan kurang cocok untuk investasi.
PER ⇓ :Menunjukan Harga Saham masih murah dan cocok untuk investasi jangka panjang.
3. PBV (Price to Book Value)
PBV juga ditujukan untuk menentukan nilai wajar suatu saham. Perbedaan mendasar dibandingkan dengan PER adalah PBV berfokus pada ekuitas suatu perusahaan dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan.Yang perlu diketahui pertama oleh anda semua adalah arti dari Book Value. Book Value adalah nilai ekuitas per lembar sahamnya.
PBV didapatkan dengan rumus:
PBV = Harga Saham Terakhir/ Nilai buku per lembar sahamnya
Biasanya investor membandingkan PBV suatu saham dengan PBV saham sejenis atau dengan menggunakan suatu acuan tetap, contohnya:
PBV > 1 : Maka harga saham tersebut sudah berada diatas nilai wajarnya (Overvalue)
PBV < 1 : Maka harga saham tersebut berada di bawah harga wajarnya (UnderValue)
Walaupun demikian tidak semua saham yang memiliki PBV < 1 layak disebut dengan saham yang layak investasi. Namun bisa saja menunjukan bahwa fundamental saham tersebut sudah tidak baik dan tidak berpotensi berkembang lagi.
Banyak analis yang berpendapat bahwa penggunaan PBV sudah tidak relevan lagi. Namun bagaimanapun kehadiran PBV tidak dapat dielakan oleh seluruh investor.
Investor yang cerdas akan memadukan penggunaan PBV untuk menentukan nilai wajar sebuah saham dengan rasio lainnya seperti PER (Price Earning Ratio)
INTI :
PBV > 1 : Maka harga saham tersebut sudah berada diatas nilai wajarnya (Overvalue)
PBV < 1 : Maka harga saham tersebut berada di bawah harga wajarnya (UnderValue)
4. ROE (Return on Equity)
ROE merupakan indikator penunjuk tingkat keuntungan anda selama berinvestasi di suatu saham. Kelemahan ROE adalah tidak dimasukannya hutang ke dalam penghitungannya. Namun ROE tetap bisa menjadi rasio penting dalam melihat kesehatan fundamental suatu saham.ROE didapat dengan rumus:
ROE = Laba bersih/ Total Ekuitas
Dengan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki rasio ROE yang tinggi diharapkan dapat memberikan imbal balik yang tinggi.
Investor biasanya memilih perusahaan yang memiliki ROE yang tinggi karena itu mencerminkan keefektifan suatu perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga bisa menghasilkan laba yang besar.
Biasanya ROE dibandingkan dengan perusahaan pada sektor yang sama atau sering juga dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Dengan membandingkan ROE pada periode sebelumnya maka investor dapat mengetahui kualitas kinerja perusahaan.
INTI:
ROE ⇑ : Suatu saham efektif dalam mengelola modalnya sehingga bisa disebut perusahaan berfundamental baik
ROE ⇓ : Suatu saham kurang bisa efektif dalam mengelola modal yang ditanamkan oleh investor sehingga patut dipertanyakan apa adanya masalah di dalam manajemennya.
5. DER (Debt to Equity Ratio)
Pasti semua dari anda setidaknya pernah memiliki hutang. Memiliki hutang bukanlah hal yang buruk selama masih dalam batas yang wajar.Biasanya perusahaan akan berhutang untuk mengembangkan bisnis dan mendorong kinerja perusahaan. Melalui rasio ini maka para analisis dapat menentukan batas wajar dari hutang suatu perusahaan.
Hutang yang terlalu besar dapat menjadi resiko bagi suatu perusahaan. Oleh karena itu, DER menjadi rasio yang penting untuk diperhatikan oleh para investor.
DER didapat dengan rumus:
DER = Total Hutang/ Total Ekuitas
Biasanya para investor menggunakan acuan tetap dalam menilai kesehatan hutang suatu perusahaan.
DER > 1 : Berarti hutang suatu perusahaan lebih besar daripada ekuitasnya. Hal ini wajib diwaspadai
DER < 1 : Berarti hutang suatu perusahaan lebih kecil daripada ekuitasnya. Hal ini menunjukan bahwa jumlah hutang masih dapat ditoleransi.
Namun sebenarnya DER dari setiap sektor perusahaan berbeda-beda. Seperti contohnya DER dari saham sektor perbankan biasanya lebih besar daripada 1 karena biasanya dana yang dikelola berasal dari pihak ke-3 dan digolongkan sebagai hutang.
Perusahaan yang memiliki DER yang tinggi juga biasanya kurang aktif dalam membagikan dividen. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap keuntungan para investor jangka panjang. Oleh karena itu ada baiknya memilih perusahaan yang memiliki DER rendah.
INTI:
DER ⇑ : Hutang perusahaan diatas ekuitasnya, patut diperhatikan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya.
DER ⇓ : Hutang perusahaan masih di dalam batas wajarnya, sehingga di prediksi tidak akan ada masalah bagi perusahaan dalam membayar hutangnya.
Referensi:
Koinworks. "8 Tips Membaca Analisis Fundamental Perusahaan". WEB. Diakses pada 5 Agustus 2019.
Cermati. "Tips Memilih Saham Terbaik dengan Analisis Fundamental dan Teknikal". WEB. Diakses pada 5 Agustus 2019.
Investazee. "5 Rasio Analisis Fundamental Saham". WEB. Diakses pada 5 Agustus 2019
Komentar
Posting Komentar