(Baca juga: Membaca Indikator MFI)
Nilai akuisisi tersebut sebesar Rp 109,5 miliar. Sumber pendanaan aksi korporasi ini berasal dari pinjaman PT Citraabadi Kotapersada (CAKP), yang merupakan pemegang 36,25% saham GPRA.
Pinjaman tersebut memiliki tenor selama tiga tahun hingga 29 Juni 2022. Pinjaman ini memiliki bunga sebesar 9,75% per tahun.
Transaksi tersebut merupakan transaksi afiliasi. Ini mengingat akuisisi dilakukan dengan membeli 26.946 saham MGP di CAKP dan 27.000 saham di PT Sendico Wiguna Lestari (SWL).
Transaksi juga dilakukan dengan membeli 51.653 saham PE yang dimiliki PT Abadi Mukti (AM) dan 2.293 saham milik PT Abadimukti Gunalestari (AMGL).
AMGL juga merupakan pemegang 6,13% saham GPRA. Sementara, SWL merupakan anak usaha GPRA dengan porsi kepemilikan 19%. Di Pacific Exintraco, GPRA mengambil alih saham milik AMGL dan AM.
Manajemen Perdana Gapuraprima menyebut, segmen perumahan saat ini lebih menarik dibanding pusat perbelanjaan dan apartemen. Terutama, segmen perumahan di bawah Rp 1 miliar. "Untuk memperkuat struktur bisnis, kami konsolidasikan penjualan segmen perumahan," ujar Arvin F Iskandar, Direktur Utama Perdana Gapuraprima kepada KONTAN, Selasa (2/7).
Sampai saat ini, pendapatan Perdana Gapuraprima dari segmen perumahan masih belum terlalu oke. Menilik laporan keuangan GPRA di kuartal I-2019, penjualan segmen perumahan emiten ini justru turun 24% menjadi Rp 41,26 miliar.
Tapi pendapatan dari segmen apartemen dan perkantoran naik 34% menjadi Rp 25,22 miliar. Secara konsolidasi, penjualan GPRA turun 5% menjadi Rp 80,43 miliar dengan porsi penjualan perumahan sekitar 53%.
"Porsinya kami targetkan naik 65%," tambah Arvin. Untuk memenuhi target, GPRA akan memaksimal tambahan lahan 40 hektare (ha) dari akuisisi dua perusahaan itu.
Komentar
Posting Komentar