(Baca juga: Jenis-jenis saham menurut Ahli)
Sekretaris Perusahaan ADHI Ki Syahgolang Permata menjelaskan, realisasi perolehan kontrak baru di Juni 2019 didominasi oleh proyek pembangunan rumah susun di Tangerang, senilai Rp 206 miliar. "Selain itu, ada pembangunan Gedung Otoritas Jasa Keuangan di Solo dan Yogyakarta dengan kontrak Rp 120,1 miliar," jelas pria yang akrab disapa Kiki ini kepada KONTAN, Kamis (11/7).
Kiki mengatakan, lini bisnis konstruksi dan energi memberi kontribusi 81,6% pada perolehan kontrak baru, diikuti bisnis properti sebesar 18,1% dan sisanya lini bisnis lainnya. Menurut tipe proyek, kontrak baru ADHI didominasi proyek gedung, yakni 71,5%. Proyek jalan dan jembatan sekitar 4,4%, lalu infrastruktur dan lainnya sebesar 24,1%.
Berdasarkan segmentasi sumber dana realisasi kontrak baru, proyek dari BUMN mencapai 72,9% dan pemerintah 18,8%. Sedang proyek dari swasta sekitar 8,3%.
Pada semester II-2019, ADHI siap melepas anak usahanya PT Adhi Commuter Properti (ACP) melantai di BEI dengan melepas 30%–35% saham. ACP menargetkan perolehan dana initial public offering (IPO) Rp 3 triliun.
Dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan proyek transit oriented development (TOD). Kiki menyebut, waktu IPO masih dibicarakan, karena tergantung kondisi pasar di semester II.
Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy mengatakan realisasi kontrak emiten konstruksi yang masih cenderung kecil tak dapat dilepaskan dari kondisi pemerintahan yang belum stabil. "Mungkin kinerja ADHI baru akan melesat setelah kabinet pemerintahan lima tahun ke depan ditetapkan," kata dia.
Tahun ini, emiten konstruksi seperti ADHI memang bisa dibilang mengalami paceklik. Satu-satunya potensi yang mungkin dipanen emiten konstruksi adalah wacana pemindahan ibukota. "Potensinya Rp 300 triliun. Tapi realisasinya masih lama," ujar Rudy.
Komentar
Posting Komentar