(Baca juga : Support dan Resistance dalam Saham)
Momen bersejarah ini dihadiri dan disaksikan langsung oleh Presiden Parlemen Timor Leste Arao Noe de jesus da Costa, Duta Besar Indonesia Duta Besar RI untuk Timor Leste, Sahat Sitorus, Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, Direktur Utama WIKA Tumiyana, Direktur Operasi III Destiawan Soewardjono, Direktur Quality, Health, Safety, and Environment (QHSE) Danu Prijambodo beserta jajaran pemerintahan RDTL dan masyarakat setempat.
Presiden RDTL, Francisco Guterres mengapresiasi kinerja WIKA dalam pembangunan infrastruktur dan penunjangnya di Timor Leste. Dirinya menganggap bahwa WIKA sebagai BUMN Indonesia telah berperan besar dalam hubungan Timor Leste dan Indonesia baik dalam pembangunan Oecusse maupun negara Timor Leste.
"Kesuksesan dalam pengembangan Oecusse akan direplikasi di distrik-distrik lainnya," ujarnya.
Kebanggaan atas keberhasilan Perseroan juga diutarakan oleh Direktur Utama WIKA Tumiyana. Ia meyakini bahwa Bandara Oecusse telah menjadi salah satu maha karya WIKA di luar negeri karena merupakan bandara pertama yang dibangun WIKA di luar Indonesia sekaligus dengan lingkup pekerjaan yang komplit.
"Proyek ini menjadi bukti kapabilitas kami dari segi engineering, penguasaan teknologi, proyek manajemen serta memperoleh wawasan baru yang merupakan hasil interaksi dengan pihak-pihak berkepentingan yang berasal dari negara lain," ungkap Tumiyana dalam keterangan pers yang diterima, Rabu.
Dengan nilai kontrak mencapai US$119 juta, Proyek Bandara Internasional Oecusse terdiri dari pembangunan fasilitas landside dan airside seperti Tower Air Traffic Control (ATC), terminal building, quarrantine, fuel depot, Distance Measuring Equiment (DME), VHF Omnidirectional Range (VOR), runway, taxiway, apron, airfit lighting, hingga fasilitas bandara lainnya.
Lebih lanjut, lingkup pekerjaan Perseroan pada proyek bandara internasional ini juga meliputi pembuatan runway baru sepanjang 2,5 Km, pelebaran dan perluasan wilayah bandara agar bisa dijadikan bandara komersial, pemutakhiran sistem radar dan navigasi serta pemutakhiran sistem dan standar safety bandara internasional.
Selama proses pembangunan periode 2015.2018 ini melibatkan lebih dari 500 tenaga kerja gabungan Indonesia dan Timor Leste. Sebagian besar material berasal dari Indonesia seperti semen, besi beton, material arsitektur, dan garbarata, termasuk material baja konstruksi yang difabrikasi oleh entitas anak Perseroan, WIKA Industri & Konstruksi.
Namun, beberapa peralatan yang belum tersedia di Indonesia didatangkan oleh WIKA dari beberapa negara seperti Amerika, Tiongkok, Austria, Australia. (end)
Komentar
Posting Komentar