google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo SMRA | Per Mei 2019 Realisasi Marketing Sales Summarecon (SMRA) Sudah 50 Persen dari Target Langsung ke konten utama

SMRA | Per Mei 2019 Realisasi Marketing Sales Summarecon (SMRA) Sudah 50 Persen dari Target


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pasar properti masih tertekan, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) masih mampu meraih kinerja yang cukup memuaskan. Katalisnya, penjualan produk properti andalan mereka masih terserap pasar.

Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto Pitoyo Adhi, menyebutkan kondisi properti sejak tahun 2015 sangat berat. "Mulai dari penjualan yang tertekan, kenaikan harga tidak signifikan, serta daya beli masyarakat yang melemah akibat suku bunga naik hingga menjadi 6%," kata dia, Kamis (20/6).

Kendati demikian, emiten properti anggota indeks Kompas100 ini mengapresiasi kinerja pemerintah yang masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Inflasi juga bisa dikendalikan sehingga turut mengerek tingkat konsumsi.

Sepanjang tahun lalu, SMRA mencatatkan pendapatan Rp 5,66 triliun, tumbuh tipis 0,35% dibandingkan pendapatan di tahun 2017 sebesar Rp 5,64 triliun. Dari sisi bottom line, SMRA membukukan laba bersih sebesar Rp 448,7 miliar, tumbuh 23,92% dibandingkan laba 2017 sebesar Rp 362,06 miliar. "Laba bersih meningkat menjadi bukti kami mampu bekerja secara efektif," Adrianto mengklaim.

Marketing sales

Pencapaian kinerja yang positif tersebut tidak terlepas dari strategi manajemen yang meluncurkan produk properti dengan harga di bawah Rp 1 miliar, yakni Srimaya Bekasi pada Agustus 2018 dan Summarecon Mutiara Makassar pada November 2018.

Menurut Adrianto, kedua proyek tersebut bisa mencatatkan penjualan yang signifikan dengan kontribusi masing-masing sebesar Rp 190 miliar dan Rp 270 miliar. Oleh sebab itu, dari seluruh pendapatan yang berhasil diraup Summarecon Agung, unit bisnis pengembangan properti menjadi penyumbang pendapatan terbesar, hingga 61%.

"Porsinya 50%-nya berasal dari kontribusi penjualan di Summarecon Serpong, sedangkan 50% lainnya berasal dari gabungan pengembangan Summarecon Bekasi, Karawang, Bandung dan Makassar," ungkap Adrianto.

Mengenai pencapaian marketing sales atawa penjualan pemasaran hingga Mei lalu, Adrianto bilang, baru mengantongi 50% dari target di sepanjang tahun ini yang mencapai Rp 4 triliun.

Direktur SMRA, Lidya Tjio, mengemukakan hingga Mei tahun ini pihaknya telah mencatatkan marketing sales senilai Rp 2 triliun. "Jadi kami sudah mencapai 50% dari target sepanjang tahun," ujar dia. Namun Lidya enggan memaparkan lebih lanjut kontribusi penjualan selama lima bulan pertama tahun ini.

Memasuki semester II 2019, manajemen Summarecon Agung optimistis target marketing sales Rp 4 triliun bisa terealisasi pada tahun ini. Indikasinya adalah pemilu telah usai dan beberapa relaksasi aturan perpajakan.

Untuk merespons hal positif tersebut dan mencapai target marketing sales pada tahun ini, Lidya menjelaskan, SMRA berupaya memudahkan konsumen dalam pembayaran. Maklumlah, SMRA bersama pihak perbankan terus menjalin relasi dan menyiapkan sistem pembayaran yang nyaman bagi konsumen.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...