AALI: Pressures still remain
(Baca Juga: Memahami ShortSelling)
AALI mencatatkan pendapatan di 1Q19 sebesar Rp4,2 triliun (-4,8% YoY), dimana penurunan disebabkan turunnya penjualan inti sawit (PK) dan turunannya di Rp371 miliar (-37,7% YoY), sedangkan pendapatan dari minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya tercatat flat di Rp3,8 triliun. Volume penjualan naik dimana penjualan CPO tercatat sebesar 458 ribu ton (+50,8% YoY) dimana hal ini menjadi penopang pendapatan dari penurunan yang lebih dalam atas turunnya harga CPO global di 1Q19 dimana rerata harga berada pada level MYR2.484 per metric ton (-15,9% YoY). Produksi FFB dan CPO tumbuh tipis di +3,8% YoY dan +6,8% YoY yang masih in-line dengan estimasi kami di +5% untuk FFB dan +6% untuk CPO di 2019. Kami masih memproyeksikan aktivitas replanting sebagai fokus utama AALI dimana per 1Q19 sebesar 44,5% tanaman berumur lebih dari 20 tahun dan realisasi capex untuk aktivitas plantation per 3M19 menunjukkan peningkatan di Rp144 miliar (+12,3% YoY), setara dengan 49,3% dari realisasi capex 3M19. Kami merevisi turun estimasi keuangan dan menurunkan proyeksi rerata harga jual CPO atas penurunan harga di 1Q19 sehingga kami estimasi tekanan marjin masih akan berlanjut. Kami mempertahankan rekomendasi HOLD dan menurunkan TP ke Rp11.300 (sebelumnya: Rp14.725), setara implied PE 15.0x di 2019 disebabkan oleh: (1) potensi berlanjutnya tekanan marjin atas penuruan harga CPO, (2) Proyeksi tingginya pembelian FFB eksternal mendorong kenaikan biaya (3) Peningkatan aktivitas trading CPO di 2019.
*transfer coverage from Rendy Wijaya to Nugroho R. Fitriyanto
Pendapatan menurun tipis namun in-line terhadap estimasi di 1Q19 yang tercatat sebesar Rp4,2 triliun (-20,5% QoQ, -4,8% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 20,1%; Kons: 22,3%). Penurunan pendapatan disebabkan oleh penjualan inti sawit dan turunannya yang turun di Rp371 miliar (-33,2% QoQ, -37,7% YoY), sedangkan untuk pendapatan dari minyak sawit mentah dan turunannya tercatat flat di Rp3,8 triliun (-19,1% QoQ, +0,0% YoY).
Volume penjualan CPO meningkat signifikan dimana per 1Q19 volume penjualan CPO tercatat sebesar 458 ribu ton (-14,1% QoQ, +50,8% YoY). Sedangkan untuk produk turunan seperti olein (-28,8% QoQ, -3,5% YoY) , PFAD (-22,7% QoQ, -23,8% YoY) dan RBDPO (+2,1% QoQ, -46,8% YoY) mayoritas mengalami penurunan secara tahunan terkecuali stearin (-23,1% QoQ, +12,6% YoY). Peningkatan volume penjualan CPO menjadi faktor positif yang menopang pendapatan dari penurunan yang lebih dalam atas pelemahan harga CPO global dimana rerata harga di 1Q19 berada pada level MYR2.089 per metric ton (-15,9% YoY). Sebagai informasi, di 2018 harga CPO global turun signifikan dengan rerata harga di MYR 2.251 per metric ton (-19,3% YoY) dimana harga jual AALI berada pada level Rp7.275 per kilogram di 1Q19 (-12,0% YoY).
Produksi FFB dan CPO tumbuh moderat. Produksi FFB tercatat sebesar 1,2 juta ton (-17,8% QoQ, +3,8% YoY) dan CPO di 415 ribu ton (-18,9% QoQ. +6,8% YoY), sedangkan untuk olein (-5,6% QoQ, +21,3% YoY), kernel (-20,1% QoQ, +2,2% YoY) dan PKO (-32,9% QoQ, 128% YoY) juga tercatat mengalamai peningkatan secara tahunan. Kenaikan produksi FFB ini in-line dengan estimasi kami yang berada dikisaran 5% untuk tahun 2019 didukung oleh cuaca yang baik meskipun mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya (2018: +10,2%).
Aktivitas replanting masih menjadi fokus. Sejalan dengan semakin meningkatnya porsi tanaman tua yang memiliki umur lebih dari 20 tahun dimana per 1Q19 mencapai 44,5% (4Q18: 39,9%), AALI masih akan berfokus pada aktivitas replanting di tahun 2019 ini dimana kami mengestimasikan besaran belanja modal untuk tahun ini sebesar Rp1,8 triliun. Realisasi capex di 3M19 terkait dengan aktivitas penanaman (plantation) tercatat sebesar Rp144 miliar (+12,3% YoY) atau setara dengan 49,3% dari realisasi capex yang mencapai Rp294 miliar.
Merevisi turun estimasi keuangan di 2019-20. Dengan penurunan harga CPO global yang masih tertekan (avg 1Q19: MYR2.089), kami merevisi turun rerata harga CPO di 2019 dari MYR2.350 ke MYR2.250. Dengan demikian, kami mengestimasi adanya tekanan pada marjin sepanjang 2019 dimana marjin laba kotor diestimasikan berada pada level 17,5% (2018: 18,5%).
Maintain rekomendasi HOLD, menurunkan target harga ke Rp11.300. Disebabkan oleh: (1) tekanan yang masih tinggi pada marjin keuntungan atas penurunan harga CPO di 1Q19 dan outlook CPO di 2019 yang diestimasi masih akan cenderung stagnan seiring dengan antisipasi kenaikan produksi global pada high-crop cycle di 2H19, (2) Proyeksi pembelian FFB eksternal yang tinggi yang menyebabkan kenaikan biaya produksi, dan (3) Peningkatan aktivitas trading CPO di 2019. Dengan demikian, kami mempertahankan rekomendasi HOLD dan menurunkan TP ke Rp11.300 (previous: Rp14.725), setara implied PE 15.0x di 2019. Saat ini AALI diperdagangkan pada implied PE 13,8x di 2019, setara -0,26x standar deviasi PE 5 tahun.
Best Regards,
Panin Sekuritas
Komentar
Posting Komentar