(Baca juga: Pola Flag dan Pennant dalam Analisa Saham)
Direktur Utama PT Trada Alam Minera Tbk, Soebianto Hidayat mengatakan, pihaknya berencana memproduksi hingga 5 juta ton batubara selama tahun ini. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dibandingkan produksi tahun lalu sebanyak 2,6 juta ton.
Sejatinya, target yang berlipat tersebut sejalan dengan rencana Trada Alam untuk meningkatkan kapasitas produksi sambil melihat potensi pasar batubara. Untuk mencapai target tersebut, TRAM setidaknya akan memproduksi 350.000 ton hingga 450.000 ton batubara per bulan.
Sementara hingga kuartal pertama tahun ini, produksi batubara Trada Alam sudah mencapai 1 juta ton. "Produksi kami (kuartal satu) sudah sekitar 1 juta ton. Volume penjualannya juga mirip dengan itu," ungkap dia, Rabu (22/5).
Menurut Soebianto, pencapaian pada awal tahun ini masih dalam rentang target yang dipatok manajemen. Sepanjang semester pertama tahun ini, TRAM menargetkan volume produksi dan penjualan batubara berkisar 2,4 juta ton hingga 2,6 juta ton.
Batubara yang diproduksi TRAM berasal dari anak usahanya, yakni PT Gunung Bara Utama (GBU). Dari GBU, Trada Alam memproduksi dan menjual batubara kalori tinggi di atas 5.000 kkal per GAR.
Soebianto bilang, produksi batubara TRAM menyasar sejumlah pasar seperti Jepang, Vietnam, Thailand dan Taiwan. Pada tahun ini, Trada Alam masih akan menyasar pasar yang sama, namun dengan volume penjualan yang meningkat sejalan dengan kenaikan produksi. "Tahun ini mungkin masih sama (pasar ekspor) lebih tingkatkan volumenya saja," kata dia.
Untuk pasar domestik, Trada Alam hanya berkontrak untuk memenuhi kewajiban domestic market obligation (DMO) sebesar 25%. "Pada tahun 2018, kami telah memenuhi target kewajiban DMO. Tahun ini pun DMO tetap akan kami penuhi," Soebianto berjanji.
Meski harga batubara masih mengalami tren penurunan, TRAM optimistis harga rata-rata akan bisa bertahan di kisaran US$ 60-US$ 80 per ton. Dengan harga tersebut, manajemen TRAM menargetkan setidaknya bisa mengantongi pendapatan US$ 300 juta hanya dari setoran GBU.
Segmen penjualan batubara masih memegang porsi dominan dalam pendapatan TRAM, yakni 68,46%. Kemudian jasa pertambangan sebesar 23,22%, dan jasa pelayaran angkutan laut dengan memberikan kontribusi 8,31%.
"Secara keseluruhan, persentase untuk tahun ini akan mirip. Porsi dari (penjualan) batubara akan meningkat seiring dengan kenaikan kapasitas produksi. Namun anak usaha lain pun akan meningkat karena mendapatkan pekerjaan juga," kata Soebianto.
Tahun ini, khusus untuk Gunung Bara, Trada Alam mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 10 juta hingga US$ 15 juta. Manajemen TRAM akan memenuhi sumber dana belanja modal dari kas internal.
Adapun penggunaan belanda modal terutama diprioritaskan untuk peningkatan kapasitas infrastruktur seperti pelabuhan, dari semula sebesar 4 juta ton menjadi 8 juta ton. "Sampai kuartal pertama tahun ini, belanja modal belum terserap karena konstruksi baru di akhir kuartal kedua," ungkap Soebianto.
Komentar
Posting Komentar