KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk bersiap menggelar sejumlah agenda bisnis, termasuk mengakuisisi rumahsakit dan membangun pusat distribusi. Untuk mendukung sederet aksi korporasi itu, emiten berkode saham KAEF di Bursa Efek Indonesia ini mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 4,2 triliun.
Sebanyak 70% sumber pendanaan berasal dari pinjaman bank dan penerbitan medium term notes (MTN). Adapun sisa dana belanja modal berasal dari kas internal.
Direktur Keuangan PT Kimia Farma Tbk, I.G.N. Suharta Wijaya, menyebutkan, Kimia Farma berupaya mengembangkan bisnis dari sisi organik maupun anorganik. Oleh karena itu, manajemen KAEF berencana memperkuat bisnis hulu hingga hilir. Salah satu prioritas saat ini adalah memperkuat bisnis hilir.
"Salah satu yang belum kami miliki adalah bisnis rumahsakit. Opsi kepemilikan lewat akuisisi," ungkap Suharta, akhir pekan lalu.
Saat ini, Kimia Farma dalam proses membidik tiga sampai empat rumahsakit. Meski belum mau menyebutkan identitas rumahsakit yang dimaksud, manajemen KAEF mengutamakan rumahsakit milik negara.
Berdasarkan catatan KONTAN, rumahsakit yang diincar Kimia Farma adalah segmen C dan D di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. KAEF membidik pengguna fasilitas jaminan kesehatan yang diadakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. "Kami mau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan itu. Minimal saham yang dimiliki menjadi 51%," ungkap Suharta.
Selain itu, KAEF akan memantapkan proses akuisisi PT Phapros Tbk. Beberapa waktu lalu, Kimia Farma menyelesaikan proses akuisisi saham PT Phapros Tbk (PEHA) dari yang semula milik PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) alias RNI. Sebanyak 56,77% atau sekitar 476 juta saham PEHA yang dimiliki RNI semuanya dimiliki KAEF.
"Dalam tiga bulan ke depan, kami akan post merger integration. Kami akan mendetailkan lagi apa yang menjadi bagian Phapros dan apa yang menjadi bagian Kimia Farma. Untuk sementara kami menjalankan rencana bisnis masing-masing," kata Suharta.
KAEF juga akan membangun pusat pergudangan nasional sebesar 3,5 hektare di Cikarang. Nantinya, ini akan menjadi pusat distribusi untuk seluruh Indonesia. KAEF akan menambah gudang lain yang kelak membantu distribusi. "Kami juga akan mengembangkan health and beauty outlet dan apotek di seluruh Indonesia," tambah Suharta.
Sejumlah agenda aksi korporasi tersebut tentu akan berujung pada peningkatan kinerja keuangan. Tahun ini, manajemen Kimia Farma optimistis dapat meraih pendapatan Rp 11,5 triliun, atau tumbuh 60,8% dibandingkan realisasi pendapatan pada tahun lalu Rp 7,15 triliun
Tambahan pendapatan antara lain akan berasal dari penyelesaian dua pabrik baru. Kedua pabrik tersebut berlokasi di Jawa Barat, yakni Banjaran (Bandung) dan Cikarang (Bekasi). Fasilitas di Banjaran adalah pabrik obat cair dan tablet untuk pasar domestik. "Sedangkan pabrik kosmetik di Cikarang sebesar 80% diekspor ke Korea Selatan. Sisanya untuk pasar domestik," tutur Suharta.
Saat ini, kontribusi ekspor masih 3% dari total penjualan KAEF. Ke depan, mereka akan memperkuat pasar ekspor seiring penetrasi penjualan, khususnya di Arab Saudi. "Dengan ekspor, terjadi natural hedging terhadap nilai tukar," pungkas Suharta.
Komentar
Posting Komentar