google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham EXCL: TP upgraded Langsung ke konten utama

Analisa Saham EXCL: TP upgraded

EXCL: Still our top-pick, TP upgraded

EXCL mencatatkan laba bersih tumbuh positif ke Rp57 miliar di 1Q19, +270,6% YoY, yang didorong oleh: (1) penurunan beberapa komponen biaya seperti beban penjualan dan beban langsung (2) one-off dari keuntungan selisih kurs. Tingkat hutang masih tercatat tinggi, dengan net gearing naik ke 0,81x di 1Q19 (1Q18: 0,53x) yang mengakibatkan beban bunga naik ke Rp607 miliar, +59,5% YoY. Trafik data naik signifikan, tercatat 710pb, +12,4% QoQ, +70,2% YoY, didorong oleh peningkatan konsumsi data di tahun Pemilu, ini juga didorong oleh ekspansi yang agresif di segmen data, dengan pertumbuhan tower 4G menjadi 33,1k unit, +11,2% QoQ, +64% YoY dengan data yield yang relatif stabil di Rp6,2/mb (4Q18: Rp6,6/mb; 3Q18: Rp6,2/mb; 2Q18: Rp6,5/mb). Kami melihat tekanan untuk tarif data akan berkurang kedepannya, didorong oleh berkurangnya agresifitas dari kompetitor, dimana manajemen memperkirakan ada ruang untuk kenaikan di 2Q-3Q19, khususnya menjelang Ramadhan. Kami merevisi naik estimasi EBITDA dan laba bersih sebesar 2-7% di 2020 didorong kombinasi: (1) stabilnya tarif data (2) turunnya churn rate serta (3) berkurangnya tekanan beban pemasaran pasca registrasi SIM card. Selain itu, kami juga melihat pertumbuhan pendapatan akan lebih baik dibandingkan dengan peers, didorong oleh kecilnya kontribusi non-data, seperti voice dan sms, yang hanya sebesar 22,6% (TLKM: 34,8%; ISAT: 29,4%) dimana segmen ini kami perkirakan masih akan melemah kedepannya. Kami masih merekomendasikan BUY dan menaikan target harga ke Rp3.300, valuasi kami mengimplikasikan 12% premium ke domestic peers, didorong oleh estimasi pertumbuhan yang lebih tinggi ini juga setara dengan 17,4% diskon ke regional peers.

Laba tumbuh signifikan didorong oleh stabilnya tarif data. EXCL mencatatkan pendapatan sebesar Rp6 triliun di 1Q19, -1,3% QoQ, +8,5% YoY, in-line (PANS: 23,1%; Cons: 24,2%; rata-rata 5 tahun: 24,2%) disebabkan positifnya performa segmen data, sebesar Rp4,4 triliun, +27,1% YoY, performa yang positif ini menahan penurunan signifikan jasa pendapatan telepon, yang turun ke Rp1 triliun, -26,9% YoY. Peningkatan segmen data didorong oleh peningkatan trafik ke 710pb, +70,2% YoY. Patut diketahui bahwa tarif mulai menunjukan stabilisasi, tercatat di Rp6,2/mb di 1Q19 (4Q18: Rp6,6/mb; 3Q18: Rp6,2/mb; 2Q18: Rp6,5/mb), selain itu manajemen juga mengindikasikan bahwa tekanan dari kompetisi mulai berkurang serta ada ruang untuk kenaikan tarif di 2Q serta 3Q khususnya di bulan Ramadhan. EBITDA tercatat Rp2,3 triliun, +1,3% YoY, EBITDA marjin mengalami sedikit tekanan ke 38,2% di 1Q19 (1Q18: 40,9%) yang disebabkan oleh kenaikan biaya infrastruktur, didorong oleh ekspansi yang agresif diluar Jawa, namun ini masih in-line dengan estimasi (PANS: 23,5%, Cons: 24,2%, rata-rata 5 tahun: 23,4%). Laba bersih tumbuh positif ke Rp57 miliar di 1Q19, +270,6% YoY, yang didorong oleh: (1) penurunan beberapa komponen biaya seperti beban penjualan dan beban langsung (2) one-off dari keuntungan selisih kurs. Tingkat hutang masih tercatat tinggi, dengan net gearing naik ke 0,81x di 1Q19 (1Q18: 0,53x) yang mengakibatkan beban bunga naik ke Rp607 miliar, +59,5% YoY.

Data yield relatif stabil di 1Q19. Trafik data naik signifikan, tercatat 710pb, +12,4% QoQ, +70,2% YoY, didorong peningkatan konsumsi data di tahun Pemilu serta agresifnya ekspansi di segmen data, dengan pertumbuhan tower 4G menjadi 33,1k unit, +11,2% QoQ, +64% YoY, sementara tower 2G turun ke 36,9k unit, -1,3% QoQ, -2,2% YoY, didorong oleh komitmen untuk meningkatkan kontribusi 4G. Average revenue per user (ARPU) menunjukan perbaikan, dimana prepaid ARPU naik ke Rp31k/bulan, +3,3% QoQ, +6,9% YoY dengan data yield yang stabil di Rp6,2/mb (4Q18: Rp6,6/mb; 3Q18: Rp6,2/mb; 2Q18: Rp6,5/mb). Kami melihat tekanan untuk tarif data akan berkurang kedepannya, didorong oleh berkurangnya agresifitas dari kompetitor, dimana manajemen memperkirakan ada ruang kenaikan di 2Q-3Q19, khususnya menjelang Ramadhan.

Menaikan asumsi EBITDA dan laba bersih di 2020. Kami memperkirakan data yield stabil di Rp6,4/mb di 2019-2020, yang akan Manahan penurunan di segmen non-data, sehingga kami merevisi turun EBITDA – laba bersih kami di 2019 sebesar 1-32% yang mengindikasikan perbaikan tarif data yang belum signifikan, sebelum membaik di 2020, dengan revisi kenaikan sebesar 2-7% yang didorong oleh perbaikan tarif, turunnya churn rate dan berkurangnya tekanan beban pemasaran pasca registrasi SIM card. Selain itu, kami juga melihat pertumbuhan pendapatan akan lebih baik dibandingkan dengan peers, didorong oleh kecilnya kontribusi non-data, seperti voice dan sms, yang hanya sebesar 22,6% (TLKM: 34,8%; ISAT: 29,4%)

Merekomendasikan BUY menaikan target harga ke Rp3.300. Didorong oleh: (1) pertumbuhan EBITDA yang tumbuh lebih baik jika dibandingkan peers (2) stabilnya tren data yield yang akan memberikan katalis positif, karena kontribusi segmen data lebih tinggi dibandingkan peers serta (3) valuasi yang atraktif dibandingkan ke regional peers. Valuasi kami mengimplikasikan 12% premium ke domestic peers, didorong oleh estimasi pertumbuhan yang lebih tinggi, ini juga setara dengan 17,4% diskon ke regional peers.

Best Regards,
Panin Sekuritas


Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...